
SITUBONDO, BANGSAONLINE.com - Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Situbondo menunjukkan komitmen nyata dalam pemberdayaan masyarakat kecil. Sebanyak 80 buruh tani tembakau mendapatkan pelatihan keterampilan baru melalui Pelatihan Pelintingan Rokok yang didanai DBHCHT atau Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau.
Kegiatan intensif ini berlangsung selama 3 hari, 10-12 Oktober 2025, di dua lokasi berbeda, yakni Desa Tlogosari, Kecamatan Sumbermalang, dan Desa Klatakan, Kecamatan Kendit.
Kepala Diskoperindag Situbondo, Edy Wiyono, menegaskan bahwa pelatihan ini merupakan bentuk perhatian serius pemerintah daerah terhadap kesejahteraan buruh tani tembakau yang selama ini bergantung pada musim panen.
“Melalui pelatihan ini, kami ingin memberikan bekal keterampilan baru kepada masyarakat. Dengan kemampuan melinting rokok, mereka bisa memiliki tambahan penghasilan, bahkan membuka peluang usaha kecil di lingkungannya,” ujarnya kepada awak media, Senin (13/10/2026).
Pelatihan dirancang dengan fokus pada kualitas dan standar industri. Peserta tidak hanya diajari praktik teknis melinting, tetapi juga dibekali pemahaman tentang standar kualitas hasil lintingan, pengemasan, serta aspek kebersihan dan keselamatan kerja.
Sementara itu, instruktur berasal dari praktisi industri rokok rumahan dan pabrikan kecil di wilayah Tapal Kuda. Edy menambahkan, program ini merupakan implementasi nyata dari strategi 'Situbondo Naik Kelas', dan 'Situbondo Kabupaten UMKM' yang menekankan pentingnya pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah (IKM) berbasis potensi lokal.
“Kami ingin agar masyarakat tembakau di Situbondo tidak hanya menjadi pekerja musiman, tetapi bisa naik kelas dengan memiliki keterampilan yang berdaya saing,” tuturnya.
Suasana pelatihan di Desa Tlogosari yang didominasi peserta perempuan berlangsung penuh semangat. Mereka tekun mengikuti arahan instruktur, mulai dari pengisian tembakau, pelintingan dengan alat sederhana, hingga penyusunan batang rokok yang rapi.
Diskoperindag Situbondo juga memotivasi agar peserta terus berinovasi dan menjaga kualitas. Sedangkan di Desa Klatakan, pelatihan melibatkan kelompok buruh tani yang telah memiliki pengalaman dalam pengolahan tembakau rajangan.
Agenda tersebut diharapkan menciptakan sinergi antara sektor pertanian tembakau, dan industri kecil rokok kretek tangan, yang merupakan warisan budaya lokal Situbondo.
Pemanfaatan DBHCHT secara tepat sasaran ini membuktikan bahwa dana tersebut benar-benar kembali kepada masyarakat yang berhak, sekaligus berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi lokal yang berkelanjutan di Situbondo. (adv/sbi/mar)