
JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Inilah pidato kebudayaan Mochtar Lubis yang menggegerkan Indonesia. Wartawan dan sastrawan terkemuka itu menyampaikan pemikiran-pemikirannya di Taman Ismail Marzuki Jakarta pada 6 April 1977. Saat itu negara Indonesia masih relatif muda. Berusia 32 tahun. Namun sebagai bangsa, Indonesia telah mengalami kompleksitas identitas.
Mochtar Lubis mengatakan bahwa moral pemimpin dan pejabat Indonesia rusak dan doyan barang haram berawal dari watak buruk orang China yang menyuap mereka. Jadi, menurut Mochtar Lubis, orang-orang China itulah yang merusak moral pemimpin dan pejabat Indonesia dengan cara menyuap mereka.
BACA JUGA:
Mochtar Lubis saat muda dan aktif sebagai wartawan. Foto: obor.or.id
Lalu apa saja ciri masyarakat Indonesia itu? Inilah 12 ciri manusia Indonesia menurut Mochtar Lubis:
1. Hipokritis (munafik). Umumnya, manusia Indonesia orang yang berpura-pura. Lain di bibir, lain di hati.
2. Segan dan enggan bertanggung jawab atas perbuatannya, putusannya, kelakuannya, pikirannya, dan sebagainya. Jika kita percaya bahwa apa pun tidak lahir dari ruang hampa, barangkali pepatah “Lempar batu sembunyi tangan” ini lahir dari realitas sosial masyarakat Indonesia. Menggambarkan bahwa seseorang berani berbuat, tapi takut bertanggung jawab.
3. Bersikap dan berperilaku feodal. Ini warisan feodal dan kolonial. Mental yang diturunkan dari generasi ke generasi. Utamanya dipraktikkan birokrasi, tidak peduli birokrasi pemerintahan maupun swasta.
4. Percaya takhyul. Meski tingkat pendidikan rata-rata orang Indonesia mengalami kemajuan dari waktu ke waktu, tetap saja jika mengalami masalah dan dihimpit kesulitan hidup, orang Indonesia cenderung lari ke dukun. Hal yang berbau mistik dan takhyul, masih melekat kuat, belum benar-benar lekang dari alam bawah sadar umumnya orang Indonesia. Padahal, percaya takhyul dan dunia mistik adalah ciri manusia primitif.
5. Artistik, berbakat seni. Bisa jadi, yang paling menohok ke ciri manusia Indonesia ini ialah etnis Bali, Jawa, Dayak, dan Irian. Ukiran dan jiwa seni terpancar dalam arsitektur dan narasi kehidupan sehari-hari. Meski demikian, etnis lain pun memiliki ciri ini.
6. Lemah watak dan karakternya. Watak dan karakter suatu bangsa, tentu tidak dibangun dalam waktu sehari. Melainkan dibangun dalam rentang waktu lama, setelah mengalami proses internalisasi.
7. Tidak hemat. Orang Indonesia boros, rejeki hari ini, dihabiskan hari ini. Umumnya tidak gemar menabung dan memikirkan masa depan.
8. Cenderung tidak bekerja keras, jika tidak terpaksa. Hidup santai. Berprinsip: ada hari ada rejeki, ada hari ada nasi.
9. Tukang menggerutu, tidak berani menyatakan pikiran dan pendapat di depan orangnya. Menusuk di belakang. Ya di depan, tapi tidak di belakang.
10. Lekas iri dan dengki. Jika ada orang lain sukses, iri dan dengki. Gampang sirik.
11. Pura-pura pandai, tidak mau mengakui kekurangan/ keterbatasannya.
12. Mudah meniru. Ini menunjukkan orang Indonesia kurang kreatif dan inovatif. Mudah meniru, namun tidak mengakui bahwa itu temuan orang.
Pidato kebudayaan Mochtar Lubis itu kemudian diterbitkan menjadi buku berjudul Manusia Indonesia. Tentu popular dan laris.
Menurut Nadya Karima Melati, meski pidato Mochtar Lubis itu disebut pidato kebudayaan, tapi pidato ini bukan sebuah pemaparan antropologis atau sosiologis. Melainkan protes politis kepada rezim Presiden Soeharto.
Mochtar Lubis, tulis Nadya, mengkritik watak masyarakat Indonesia yang telah membuat rezim Soeharto langgeng dan lestari. Artinya, rejim Orde Baru yang penuh korupsi dan otoriter bahkan fasis itu tidak berdiri sendiri tapi juga karena ditopang oleh masyarakat yang memiliki 12 ciri-ciri itu.
PROFIL MOCHTAR LUBIS
Mochtar Lubis adalah tokoh pers Indonesia. Sebagai wartawan ia sangat idealis. Seperti dilansir Tempo, korannya, Indonesia Raya dua kali diberangus, di zaman pemerintahan Bung Karno, dan di zaman Soeharto. Yang terakhir itu diberangus bersama koran lain setelah peristiwa ''Malari'', 1974.
Di zaman Bung Karno bahkan ia cukup lama meringkuk dalam tahanan. Ketika itu ia mendapat penghargaan Ramon Magsasay dari Filipina -- diambilnya delapan tahun kemudian, setelah bebas dari tahanan. Ketika bekas senator Filipina, Benigno Aquino, tertembak, Mochtar bersama enam cendekiawan lainnya mendatangi Kedutaan Besar Filipina di Jakarta. Ia protes.
Benigno “Ninoy” Aquino Jr memang sahabat karib Mochtar Lubis. Sama-sama wartawan. Tapi Aquino kemudian menjadi politisi Filipina. Aquino sempat berpesan kepada Mochtar Lubis agar jangan hanya menjadi penulis sejarah tapi jadilah aktor sejarah yang ditulis dalam sejarah.
Mochtar Lubis dan istrinya Nyonya Moen. Foto: Tempo
Sayang, Aquino terbunuh. Ia dibunuh pada 21 Agustus 1983 oleh orang-orang Ferdinand Marcos, presiden Filipina yang popular sebagai diktator. Aquino dibunuh di Lapangan Terbang Antarabangsa Manila saat pulang dari pengasingan dari Amerika Serikat.
Pembunuhan ini memicu gelombang protes dan berkontribusi besar pada jatuhnya rezim Marcos. Bahkan Corazon Aquino, istri Aquino, kemudian terpilih sebagai presiden Filipina.
Mochtar memang terkenal tega dan idealis. Tak mau kompromi. Mr. Moh Roem pernah berkata, ''Mochtar menyebut saya kepala batu. Tapi, dia sendiri kepala granit. Lebih keras dari batu.'' Namun, ucapan itu bukan pertanda permusuhan, mereka saling mengenal secara mendalam. Keduanya pernah meringkuk di penjara Madiun di zaman pemerintahan Bung Karno.
Lelaki dengan tinggi badan 182 sentimeter ini lahir di Sungaipenuh, Sumatera Barat, merupakan anak keenam dari sepuluh bersaudara.