Rais Aam Harus Adil, Gus Yahya dan Gus Ipul Harus sama-sama Dinonaktifkan

Rais Aam Harus Adil, Gus Yahya dan Gus Ipul Harus sama-sama Dinonaktifkan SAAT MASIH AKUR. Ketua Umum PBNU KH Yahya Staquf (Gus Yahya) dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Foto: nahda/detik.com

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya yang juga tokoh NU Prof Dr KH Imam Ghazali Said menegaskan bahwa Rais Aam Syuriah PBNU KH Miftachul Akhyar harus adil. Menurut dia, Rais Aam jangan hanya memberhentikan Ketua Umum PBNU KH Yahya Staquf (Gus Yahya) tapi juga harus memberhentikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU Saifullah Yusuf (Gus Ipul).

Hal itu disampaikan Prof Dr KH Imam Ghazali Said dalam Podcast BANGSAONLINE di channel YouTube yang sekarang lagi viral.

Gus Ipul selain menjabat Sekjen PBNU juga menjabat Menteri Sosial Republik Indonesia. Menurut dia, ada tengara bahwa kisruh PBNU sekarang tak lepas dari keterlibatan Gus Ipul.

“Kan ada informasi, Gus Yahya mau mecat Gus Ipul, tapi kemudian Gus Ipul merapat ke Rais Aam,” kata Kiai Imam Ghazali Said yang sekarang menjabat Wakil Rais Syuriah PCNU Kota Surabaya.

“Karena itu Gus Ipul dan Gus Yahya harus sama-sama dinonaktifkan,” tegas pengasuh Pesantren Mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya itu.

Sementara Pondok Pesantren Lirboyo, di Kota Kediri, menyatakan bersedia menjadi tuan rumah pertemuan penting para ulama Nahdlatul Ulama (NU) untuk membahas polemik yang sedang terjadi di dalam internal organisasi PBNU.

Hal itu disampaikan salah satu pengasuh Lirboyo KH Athoillah Anwar melalui Juru Bicara Pesantren Lirboyo KH Oing Abdul Muid atau Gus Muid.

Ia menyebut rencana pertemuan itu sudah direstui oleh dua Pengasuh Utama Pesantren Lirboyo KH Anwar Manshur serta KH Kafabihi Mahrus.

"Inisiatif pertemuan ini telah sepengetahuan dan mendapat restu dari KH Anwar Manshur serta KH Kafabihi Mahrus," kata Gus Muid, Senin (24/11).

Menurut Gus Muid, Lirboyo bersedia menghelat forum apabila pertemuan dihadiri oleh kedua belah pihak yang berkepentingan, sekaligus membuka ruang untuk menghadirkan para kiai sepuh sebagai penuntun suasana dialog agar tetap teduh dan berorientasi pada kemaslahatan NU.

"Sedoyo prihatin dengan kondisi NU sak meniko [semua prihatin dengan kondisi NU yang sedemikian]," ucapnya dikutip CNN.

Pertemuan yang direncanakan ini, kata dia, diharapkan dapat menjadi momentum memperkuat kembali tali persaudaraan, mengembalikan keteduhan, serta meneguhkan komitmen bersama dalam menjaga maruah Nahdlatul Ulama.

Seperti diberitakan BANGSAONLINE, risalah rapat harian Syuriah PBNU memutuskan Yahya Cholil Staquf harus mundur dari Ketum PBNU dalam waktu tiga hari sejak diterimanya risalah itu. Jika dalam tenggat itu tidak mengundurkan diri, Syuriah akan memberhentikannya.

Risalah itu ditandatangani Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar, diputuskan dalam rapat yang dihadiri 37 Pengurus Harian Syuriah di Hotel Aston City Jakarta pada 20 November 2025.

"Musyawarah antara Rais Aam dan dua Wakil Rais Aam memutuskan: KH Yahya Cholil Staquf harus mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam waktu 3 (tiga) hari terhitung sejak diterimanya keputusan Rapat Harian Syuriyah PBNU," tulis poin keputusan dalam risalah tersebut.

"Jika dalam waktu 3 (tiga) hari tidak mengundurkan diri, Rapat Harian Syuriyah PBNU memutuskan memberhentikan KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama," lanjutnya.

Berdasarkan risalah, desakan pengunduran diri itu terkait undangan narasumber jaringan zionisme internasional dalam Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU) yang dianggap melanggar nilai dan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah An Nahdliyah serta bertentangan dengan Muqaddimah Qanun Asasi Nahdlatul Ulama.

Gus Yahya kemudian mengundang 33 Ketua PWNU se Indonesia di Hotel Novotel Samator Surabaya, Sabtu (22/11/2025). Tapi Ketua PWNU yang hadir hanya 11 Ketua PWNU. Ketua PWNU Jawa Timur KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) dan Ketua PWNU Jawa Tengah KH Abdul Ghoffar Rozin tak hadir.

Gus Yahya kemudian mengundang 76 alim ulama di kantor PBNU. Namun yang hadir juga tak banyak. Kiai-kiai besar yang tertera dalam list undangan tak tampak dalam pertemuan tersebut. Nyai Sinta Nuriyah, misalnya, tak datang. Begitu juga kiai-kiai lain.

Meski demikian, Katib Aam PBNU Ahmad Said Asrori menjelaskan ada tiga poin kesepakatan dari silaturahim yang digelar pada Minggu (23/11) malam itu.

Pertama, para kiai yang hadir sepakat akan digelar silaturahim yang lebih besar di antara para kiai dan alim ulama.

"Semua kiai, semua mengusulkan agar ada silaturohim yang lebih besar di antara para alim, para kiai. Jadi bagaimana ini kita sudah menjadi konsumsi publik ada masalah," kata sepupu Gus Yahya itu di Kantor PBNU, Minggu (23/11) malam.

Kedua, para kiai yang hadir disebut sepakat agar kepengurusan PBNU diselesaikan dalam satu periode hingga muktamar selanjutnya pada tahun depan.

"Sepakat kepengurusan PBNU harus selesai sampai satu periode yang muktamarnya kurang lebih satu tahun lagi. Semuanya, tidak ada pemakzulan, tidak ada pengunduran diri, semua sepakat begitu," ujarnya.