Pengukuhan 2 Guru Besar UTM dari FEB dan Fakultas Teknik.
BANGKALAN, BANGSAONLINE.com - Menutup penghujung 2025, Universitas Trunojoyo Madura (UTM) kembali mencatat sejarah akademik. Rektor UTM, Prof. Dr. Safi, S.H., M.H., resmi mengukuhkan 2 guru besar baru dalam sidang senat terbuka di Gedung Pertemuan UTM, Selasa (25/11/2025). Dengan pengukuhan ini, total guru besar di lingkungan UTM mencapai 29 profesor.
Dua akademisi yang dikukuhkan adalah Prof. Sutikno, S.E., M.E., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, serta Prof. Dr. Kukuh Winarso, S.Si., M.T. dari Fakultas Teknik. Dalam sambutannya, Rektor UTM menegaskan bahwa hadirnya 2 guru besar baru menjadi momentum istimewa, terlebih bertepatan dengan Hari Guru Nasional.
“Dengan dikukuhkannya Prof. Sutikno dan Prof. Kukuh, jumlah guru besar kita menjadi 29. Semoga ilmu yang mereka hasilkan membawa manfaat bagi masyarakat dan negara,” ujarnya.
Ia menambahkan, bertambahnya jumlah profesor menjadi modal penting untuk memperkuat peran UTM sebagai perguruan tinggi yang memberi dampak besar bagi masyarakat.
Riset Prof. Sutikno: Ekonomi Inklusif Madura
Prof. Sutikno dikukuhkan sebagai guru besar bidang Ilmu Ekonomi melalui riset berjudul 'Analisis Kritis dan Rekonstruksi Ilmu Ekonomi Menuju Ekonomi Inklusif dan Berkelanjutan' dengan locus kajian di Madura. Ia menawarkan 3 model pembangunan ekonomi:
- Inclusive Archepolgic-Rural Development (IARD): Pengembangan ekonomi inklusif berbasis kepulauan dan pedesaan.
- Model Lingkungan Berintegritas: Fokus pada pengelolaan sumber daya lokal berkelanjutan.
- Model Ekonomi Islam Barokah: Menekankan etika, keadilan, dan keberlanjutan sosial.
Riset Prof. Kukuh: Big Data dan Machine Learning
Sementara itu, Prof. Kukuh Winarso meraih gelar guru besar bidang Teknik melalui riset 'Statistik dan Manajemen Data Prediksi dengan Regresi Data Panel dan Machine Learning'. Ia menekankan pentingnya paradigma baru dalam pengelolaan big data.
“Era cerdas menuntut data yang bersih, bebas dari bias geopolitik maupun subjektivitas. Prediksi yang baik harus lahir dari kejernihan data,” ucapnya.
Ditegaskan olehnya, penggunaan data secara sepotong dapat menghasilkan kesimpulan keliru.
“Data harus dilihat secara menyeluruh. Mulai dari data terkecil di level kecamatan hingga tingkat pemerintahan. Jangan spontan, jangan sepotong,” pungkasnya. (uzi/mar)












