
SURABAYA,BANGSAONLINE.com - Senator asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama menilai pergantian anggota kabinet atau reshuffle yang terjadi di kabinet Presiden Prabowo Subianto merupakan hal lumrah dan menjadi prerogatif Presiden.
Menurutnya, perombakan di sejumlah kementerian dapat diikuti dengan kian kuatnya soliditas yang berdampak para akselerasi kinerja para pembantu presiden dalam mewujudkan visi misi pemerintahan untuk kesejahteraan rakyat.
"Reshuffle kabinet adalah hal lumrah dalam dinamika pemerintahan. Yang terpenting adalah bagaimana para menteri mampu membuktikan diri dengan kerja nyata, menghadirkan inovasi, serta menjaga kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan Presiden Prabowo," kata perempuan yang akrab disapa Ning Lia itu, dalam keterangannya, Selasa (9/9/2025).
Lebih lanjut, putri Ulama Jawa Timur, KH Masykur Hasyim ini juga mengingatkan pentingnya kolaborasi lintas kementerian agar program-program prioritas dapat berjalan sinergis.
Dengan begitu, sambungnya, hasil kerja kabinet tidak hanya dirasakan secara makro, tetapi benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat hingga lapisan bawah.
“Harapan saya, para menteri bisa segera menyesuaikan diri dengan ritme kerja Presiden Prabowo yang mengutamakan kecepatan dan keberpihakan pada rakyat. Karena pada akhirnya, tujuan kita adalah Indonesia yang semakin adil, makmur, dan sejahtera,” tambah anggota DPD RI Komite III itu.
Di akhir, ning Lia yang juga keponakan Gubernur Jatim Khofifah tersebut mengungkapkan rasa syukur atas dilantiknya KH. Irfan Yusuf atau gus Irfan, sebagai Menteri Menteri Haji dan Umrah.
“Alhamdulillah, saya bangga dan bersyukur Gus Irfan sebagai Menteri Haji dan Umrah. Bukan hanya sama-sama memiliki darah Jawa Timur, tapi beliau memang tokoh politik dengan kesungguhan yang sangat tinggi. Beliau sosok pemimpin dengan karakter-karakter humanis dan sangat aspiratif. Saya yakin, pelayanan haji dan umrah di Indonesia akan semakin harum dengan hadirnya beliau sebagai Gus Menteri Haji dan Umrah terlebih Bapak Prabowo Subianto kita kenal sebagai Presiden yang sangat aspiratif," ungkapnya.
Tak lupa, ia pun menyampaikan kali pertama dirinya mengenal sosok Gus Irfan, cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy'ari, dan putra dari KH Yusuf Hasyim.
“Saya pertama bertemu beliau pada 3 Mei 2021 di momen beliau kunjungan daerah bersama alumni Tebuireng, dimana saya sebagai salah satu peserta yang menyimak penjelasan beliau sacara langsung. Waktu itu saya seringkali mendengar nama beliau, karena memang beliau salah satu politisi yang sering sekali menyapa masyarakat. Saat bertemu beliau, saya melihat beliau tidak memposisikan sebagai pejabat, melainkan sosok kiai yang memberikan motivasi dan nasehat-nasehat. Hal ini membuat saya pribadi, langsung merasakan betapa baik karakter beliau," bebernya.
“Salah satu hal yang saya ingat dari pertemuan pertama beliau adalah beliau memiliki sikap kritis agar ijazah pesantren mendapat pengakuan sebagai syarat menjadi perangkat desa. Beliau menekankan bahwa character building atau moral yang bagus akan didapat melalui pendidikan pesantren, dan pesantren merupakan institusi pendidikan yang melahirkan pemimpin dengan moral “pemimpin sejati”, pungkas ning Lia. (mdr/van)