
YOGYAKARTA, BANGSAONLINE.com – Kehadiran Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, sebagai narasumber dalam Konferensi Regional Pesantren, menyedot perhatian ratusan peserta di Hotel Grand Cokro Yogyakarta, Ahad (10/8/2025). Para peserta yang terdiri dari para kiai dan gus pimpinan pondok pesantren dan kepala sekolah dari berbagai Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu sangat antusias mengikuti paparan Kiai Asep tentang sejarah dan prestasi pesantren yang diasuhnya, yaitu Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur.
Dalam acara yang digelar DPW PKB DIY dan PW RMI DIY itu tampak hadir Rais Syuriah PWNU DIY KH Mas’ud Masduqi, Bupati Sleman Harda Kiswaya, pengurus DPP PKB Safullah Maksum, Rais Syuriah PCNU Sleman Dr. KH. M. Syakir Ali, M.Si, Wakil Ketua Umum Pergunu Achmad Zuhri, Sekjen OPOP dan JKSN Muhammad Ghofirin dan tokoh lain.
Kiai Asep menceritakan bahwa Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet didirikan pada tahun 2006.
“Tanahnya sekitar 1 hektar, saya beli dengan cara menyicil selama dua tahun,” tutur Kiai Asep.
Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA saat menjadi narasumber dalam Konferensi Regional Pesantren, menyedot perhatian ratusan peserta di Hotel Grand Cokro Yogyakarta, Ahad (10/8/2025). Foto: M Mas'ud Adnan/bangsaonline
Tanah tersebut, kata Kiai Asep, dikenal angker. Maklum, di tengah hutan.
“Orang bilang siapa saja yang menginjak tanah itu paling lama usianya hanya tiga bulan,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) itu.
Awal buka, tutur Kiai Asep, sarana dan prasarananya sangat minim.
“Asramanya bekas kandang ayam. Sekolahnya di bawah terop. Tapi saya pasang papan nama bertulis Madrasah Bertaraf Internasional, MBI,” tutur Kiai Asep yang langsung disambut tawa para kiai yang hadir.
Menurut Kiai Asep, tulisan Madrasah Bertaraf Internasional itu ia pasang di papan seadanya, kecil.
“Papan namanya seperti papan ranting NU. Ada yang memplesetakan Madrasah Bertarif Internasional,” tutur Kiai Asep yang lagi-lagi disambut tawa para kiai.
Saat itu, tutur Kiai Asep, banyak yang mencibir. Termasuk kepala desa Kembang Belor Pacet, lokasi sekolah tersebut. Menurut Kiai Asep, kepala desanya bilang jangan terlalu tinggi, toh kenyataan sekolahnya kayak gini.
Nyali Kiai Asep sempat ciut. Tapi Kiai Asep kembali bersemangat setelah menemukan dalil yang berbunyi: Innallaha yuhhibbu ma’aliyal umur wayukrahu safsafaha. Yang artinya bahwa Allah suka terhadap orang yang memiliki cita-cita tinggi dan tidak suka terhadap orang yang cita-citanya rendah.
Keyakinan Kiai Asep terbukti. Menurut Kiai Asep, hanya dalam jangka 9 tahun Amanatul Ummah sudah berkembang pesat. Banyak mendapat perhargaan sebagai sekolah terbaik.
Bahkan sekarang sebanyak 1.258 santri Amanatul Ummah diterima di Pergurun Tinggi Nasional (PTN) dan perguruan tinggi luar negeri (LN).
“Yang diterima di kedokteran 65 santri. Termasuk kedokteran di Jerman, Unhan, dan UI,” kata Kiai Asep yang popular sebagai kiai miliarder tapi dermawan.
Para santri Amanatul Ummah itu juga diterima di perguruan tinggi Amerika dan Eropa, disamping di negara-negara Asean.
Banyak peserta penasaran. Mereka mengajukan pertanyaan bagaimana caranya bisa sebanyak itu santri Kiai Asep menembus perguruan tinggi negeri dan luar negeri. Secara gamblang Kiai Asep menjelaskan bahwa awalnya sangat susah.
Menurut Kiai Asep, ada tiga komponen penting dalam pendidikan agar bisa melahirkan murid berprestasi terutama secara akademik. Yaitu murid, guru dan wali murid.
Faktor guru, tutur Kiai Asep, sangat penting. “Guru tak boleh berhenti menjelaskan sampai semua murid mengerti, termasuk yang bodoh. Jadi yang mengerti bukan hanya dua atau tiga murid saja. Murid tak boleh berhenti bertanya sampai mengerti. Tapi kalau sudah mengerti tak boleh bertanya lagi,” kata putra pahlawan nasional, KH Abdul Chalim itu.
Menurut Kiai Asep, guru yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Antara lain memiliki kompetensi akademik atau keilmuan.
Guru, tutur Kiai Asep, juga harus punyatanggung jawab. “Ia bisa mentransfer semua kurikulum kepada muridnya,” kata kiai miliarder tapi dermawan itu.
Selain itu, tegas Kiai Asep, seorang guru harus selalu mendoakan murid-muridnya. Kiai Asep sendiri mengaku tak pernah berhenti mendoakan para santrinya. Bahkan Kiai Asep tidak hanya mendoakan santrinya tapi juga para orang tua santrinya.
“Guru juga harus memberi keteladanan moral pada murid-muridnya,” kata Kiai Asep lagi.
Bahkan, tegas Kiai Asep, seorang guru harus menganggap muridnya seperti anaknya sendiri.
“Ana laka kalwalidi ilal waladi,” kata Kiai Asep mengutip Hadits Nabi. “Kata Nabi, saya kepada kalian (sahabat), seperti orang tua atau bapak kepada anak,” ujar Kiai Asep.
Kiai Asep juga mengungkap bahwa Amanatul Ummah tak pernah membuat proposal untuk minta sumbangan. “Para santri juga tak boleh membuat proposal,” tegas Kiai Asep.
Lalu dari mana uangnya? “Saya mengandalkan manajemen. Shalat malam,” tegasnya.
Shalat malam itu 12 rakaat enam kali salam. Setelah itu sujud. Nah, saat sujud itu ada doa yang berasal dari Imam Al Ghazali. Menurut Kiai Asep, doa dan shalat malam itu termaktub dalam Kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Al Ghazali.
“Addu’a alladzi laa yuraddu. Doa yang tak akan ditolak oleh Allah SWT,” kata Kiai Asep.
Yang membuat Kiai Asep sangat terkesan, Imam Al Ghazali minta doa itu jangan diajarkan kepada sembarang orang. Karena takut dipakai untuk maksiat.
“Saking mustajabnya untuk maksiat pun tetap dikabulkan,” kata Kiai Asep sembari mengatakan bahwa shalat malam itu diakhiri dengan shalat witir.
Menurut Kiai Asep, shalat malam 12 rakaat plus shalat witir itu tidak hanya dipraktikkan Kiai Asep dan istrinya, Nyai Hajjah Alif Fadhilah. Tapi juga diwajibkan kepada semua santrinya yang jumlahnya puluhan ribu tiap malam.
Kiai Asep juga menjelaskan visi dan misi Amanatul Ummah yang wajib dibaca sehari dua kali. Menurut Kiai Asep, Kiai Asep juga menegaskan tentang the goal of graduate Amanatul Ummah. Pertama, untuk mencetak ulama besar yang bisa menerangi dunia dan utamanya Indonesia.
”Kedua, untuk menjadi para pemimpin dunia dan pemimpin bangsa Indonesa yang akan mengupayakan terwujudnya kesejahteraan dan tegaknya keadilan di dunia dan negara Republik Indonesia,” kata Kiai Asep.
Ketiga, untuk menjadi konglomerat besar yang akan memberikan kontribusi maksimal bagi terwujudnya kesejahteraan bangsa Indonesia.
“Keempat, untuk menjadi para professional yang berkualitas dan bertanggung jawab,” ujar ulama yang sering melakukan kunjungan ke berbagai perguruan tinggi di luar negeri itu.
Dalam acara itu Kiai Asep juga sempat menyinggung tentang pernyataan Lusthfi Asy-Syaukani yang minta pondok pesantren dibubarkan dan sekolah agama dihapus karena dianggap tidak relevan dengan kebutuhan bangsa dan negara.
Kiai Asep minta dosen Universitas Paramadina itu membaca istighfar. “Setelah baca istighfar datang ke Amanatul Ummah satu hari saja berdiskusi dengan saya,” tegas Kiai Asep.
Kiai Asep mau menunjukkan bahwa pondok pesantren tidak seperti yang dipersepsikan Luthfi Asy-Syaukani. Tapi jauh lebih maju ketimbang sekolah negeri seperti SMA negeri dan yang setara.
Selain Kiai Asep juga tampil pembicara lain. Yaitu Muhammad Fahrurroni, M.Pd, Direktur SMA Trensains Sragen Jawa Tengah, Lispiyatmini, M.Pd, Kepala Sekolah Mitra Industri MMZ100 Bekasi, dan Darwoto, Ketua Yayasan yang menaungi SMA Trensains Sragen Jawa Tengah.