
SURABAYA, BANGSAONLINE.com-Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, menantang Luthfi Asy-syaukani yang mengusulkan pondok pesantren dibubarkan dan pendidikan agama dihapus. Kiai Asep minta agar Luthfi Asy-Syaukani yang dikenal sebagai penganut Islam liberal itu datang ke Pondok Pesantren Amanatul Ummah.
“Satu hari saja di Amanatul Ummah berdiskusi dengan saya,” kata Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, saat menyampaikan taushiyah pendidikan di depan para kepala sekolah, guru dan pengurus Yayasan Taman Pendidikan dan Sosial Nahdlatul Ulama (YTPSNU) Khadijah Surabaya, Sabtu (2/8/2025).
“Saya tantang Luthfi Asy-Syaukani,” tegas Kiai Asep yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuah Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) itu.
Kiai Asep ingin sekali tantangannya itu direspons oleh Luthfi Asy-Syaukani yang dosen Universitas Paramadina Jakarta itu.
Kiai Asep ingin menunjukkan bahwa pondok pesantren tidak seperti yang dipersepsikan Luthfi Asy-Syaukani. “Dia tak paham tentang pesantren tapi berbicara pesantren,” tegas Kiai Asep.
Kiai Asep menengarai ada orang atau kelompok yang ingin mengerdilkan umat Islam. Terutama untuk merendahkan Nahdlatul Ulama (NU).
“Kiai-kiai NU yang mau diusulkan sebagai pahlawan saja ada yang menghambat,” tegas putra KH Abdul Chalim, salah seorang ulama pendiri NU dan pejuang kemerdekaan RI yang pada 10 November 2023 ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
Kiai Asep sangat menyayangkan pernyataan Luthfi Asy-Syauani yang ia nilai sangat tak bijak. Menurut Kiai Asep, sebagai orang berpendidikan seharusnya Luthfi Asy-Syaukani tidak asal bicara tanpa dilandasi informasi dan ilmu pengetahuan yang memadai.
Menurut Kiai Asep, pesantren sejak bangsa Indonesia belum merdeka hingga sekarang selalu relevan dengan jaman.
“Yang banyak berperan dalam perang kemerdekaan itu adalah kiai-kiai dan bahkan para santri dari pondok pesantren,” ujar Kiai Asep.
Kiai miliarder tapi dermawan itu mempertanyakan apa ukuran maju menurut Luthfi Asy-Syaukani terutama dalam persepektif pendidikan. Menurut Kiai Asep, kalau ukuran maju suatu bangsa itu adalah berkembanganya ilmu pengetahuan maka santri-santri Amanatul Ummah banyak sekali yang kuliah di perguruan tinggi bergengsi di Amerika Serikat, China, Jerman, Inggris, Singapura, Rusia, Maroko, Tunisia, Mesir dan negara-negara maju lainnya.
Para santri itu kuliah di berbagai jurusan, bukan hanya ilmu agama. Ada yang jurusan teknologi pertambangan, matematika, teknik sipil, informatika, ekonomi dan lainnya.
“Tapi mereka semua punya basis ilmu pengetahuan agama (Islam). Jadi itulah keistimewaan lulusan pondok pesantren. Selain menguasai ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu juga punya basis ilmu agama. Bahkan banyak yang hafal al-Quran,” kata Kiai Asep.
Kiai Asep kemudian memberi contoh lulusan Amanatul Ummah tahun ajaran 2024-2025. “Sebanyak 1.237 santri Amanatul Ummah diterima di 32 perguruan tinggi negeri dan luar negeri,” kata Kiai Asep Saifuddin Chalim sembari menunjukkan berita yang dimuat HARIAN BANGSA edisi Sabtu 21 Juni 2025.
Bahkan santri Kiai Asep ada yang diterima di 11 perguruan tinggi di luar negeri. Namanya M A Gymnastiar Putra. Ia diterima di 11 kampus di Amerika, Australia dan Belanda. Namun Gymnastiar memutuskan kuliah di Colorado School of Mines, Amerika Serikat. Ia mengambil jurusan teknik pertambangan.
Juga ada santri Amanatul Ummah yang diterima di tiga perguruan tinggi AS sekaligus. Namanya Muhammad Hasnan Aslam. Ia siswa Madrasah Aliyah Istimewa (MAI) Amanatul Ummah.
Ia memilih kuliah di Mc Gill University AS. Alasannya, Mc Gill University masuk 30 perguruan tinggi peringkat dunia dan banyak melahirkan ilmuwan besar. Dan yang penting lagi beasiswa full.
“Jadi lulusan pondok pesantren jauh lebih tinggi kualitas akademiknya dibanding mutu lulusan SMA Negeri. Apa lembaga pendidikan yang kualitas akademiknya lebih tinggi yang akan dibubarkan?,” kata Kiai Asep yang lagi-lagi menantang Luthfi Asy-Syaukani untuk datang ke Amanatul Ummah.