WO Bawa Kabur Uang Klien, 45 Pasangan Laporkan Dugaan Penipuan ke Polrestabes Surabaya

WO Bawa Kabur Uang Klien, 45 Pasangan Laporkan Dugaan Penipuan ke Polrestabes Surabaya Para korban saat melapor ke Polrestabes Surabaya

SURABAYA,BANGSAONLINE.com - Rerey (24) dan Ridho (26) diduga menjadi korban penipuan wedding organizer (WO) dua hari jelang menikah.

AS, terduga pelaku pengusaha make up artis (MUA) yang dipercaya menghandle kebutuhan acara resepsi, tiba-tiba membatalkan secara sepihak dua hari sebelum hari H.

Padahal, calon pengantin dua bulan sebelum pesta sudah membayar lunas seluruh kebutuhan yang dipesan.

"Normalnya orang dua hari sebelum nikah semua sudah siap, tapi kami malah seperti gak ada persiapan. Wong undangan sudah disebar, sudah mepet tanggal tiba-tiba dapat kabar MUA, dekor, semua gak bisa datang. Dalam keadaan ngejer, nangis akhirnya cari-cari lagi persewaan dekor dan semuanya ke tempat lain," ujar Rerey.

Rerey menuturkan, terduga pelaku sama sekali tidak memberikan wedding order pengganti saat membatalkan secara sepihak.

Bahkan biaya pelunasan dekor, dokumentasi, MUA, maupun sound system yang tidak dikembalikan.

Dengan waktu yang sangat mepet, Rerey mau tidak mau lebih mengutamakan mencari solusi lain ketimbang, mencaci maki AS.

"Sampai sekarang uang Rp10,3 juta saya belum kembali. Ditagih selalu mbulet," ungkapnya.

Rerey meyakini apa yang diyakini sudah menemuhi unsur tindak pidana penipuan. Oleh sebab itu, ia membuat laporan ke Polrestabes Surabaya.

Dalam laporan yang dibuat, Rerey menceritakan awal mula dugaan kasus penipuan tersebut. Ia mulai tertarik dengan sejumlah unggahan di akun media sosial milik AS sejak Januari 2025.

AS, yang dikenal sebagai perias pengantin, kerap membagikan penawaran paket pernikahan murah dengan alasan karena memiliki banyak vendor rekanan.

Rerey yang saat itu sebagai calon pengantin pun tertarik dan menghubungi AS. Komunikasi yang awalnya hanya dari direct massage, dilanjutkan ke WhatsApp. Merasa cocok, Rerey dan Ridho di bulan Januari mengunjungi rumah AS.

Tak ada yang janggal saat Rere dan pasangannya saat pertama kali datang ke rumah AS. Di sana, ia melihat beberapa baju pengantin tergantung di lemari layaknya rumah yang menjalankan usaha jasa wedding organizer.

Tak disangka, saat jasa itu dipesan kenyataannya tak sesuai dengan selama ini yang dilihat di media sosial.

"Yang datang dari dia buat acara cuma kelambu sama sound system yang sama sekali tidak sesuai apa yang ditawarkan," ungkapnya. Menurut AS, yang senasib sepertinya ada 45 pasangan. Korban rata-rata mengalami kerugian sekitar Rp10 juta, bahkan lebih.

"Uang yang sudah dibawa dari para korban total sekitar Rp500 juta," ujarnya.

45 Pasangan Rata-Rata Sadar Kena Tipu Mepet Hari Pernikahan

Andika sedang mencoba berbesar hati. Pria 25 tahun itu akan menikahi Riva, kekasihnya pada 8 Agustus mendatang. Tapi rencana acara resepsi pernikahan mereka diprediksi berakhir seperti pasangan Rerey dan Ridho.

Keduanya sebenarnya sudah menyiapkan kebutuhan pesta sejak Mei lalu. Mereka menggunakan jasa AS, MUA untuk menyewa dekorasi, tata rias, dokumentasi, hingga sound system .

Dari harga paket yang disepakati Rp14 juta, Andika sudah membayar Rp8,6 juta. Tapi MUA yang juga membuka jasa wo itu belakangan sulit dihubungi.

"Saya sudah datangi rumahnya di Tenggilis Mejoyo. Kosong, gak ada orang. Saya dapat informasi dari RTnya, kalau yang bersangkutan sudah pamit ke Palembang buat jual rumah. Saya cari informasi, memang korbannya ada 45 pasangan sampai membentuk paguyuban. Rata-rata sadar ya mepet acara hari pernikahan. Pernah saya hubungi yang bersangkutan bilang gak akan kembali ke Surabaya kalau tidak bawa uang," ucapnya.

Andika mengaku bersyukur tidak mengetahui masalah ini semepet pasangan Rerey dan Ridho. Calon pasangan itu, sudah mengendus sejak bulan Juni lalu. Sehingga, masih ada waktu untuk mencari jasa wedding lainnya.

"Sebelum acara kan biasanya wo itu survey kliennya kan. Ini sampai sekarang gak ada cek lokasi, yang cuma bisa diharapkan ya pengembalian uang saja," ungkapnya.

Masruri suami AS saat dikonfirmasi tak menjelaskan secara detail mengapa usahanya sedang dikejar-kejar klien. 

Masruri hanya memastikan tidak terlibat, termasuk uang yang dibawa istrinya tidak sampai mencapai Rp500 juta.

"Kami di Palembang tidak kabur, kami ingin melunasi semua tanggungan sesuai nominal. Di sini masih ikhtiar berjuang. Semua keluarga AS adalah petani kopi, jadi nunggu hasil panen terjual," tandasnya. (rus/van)