Usai Insiden Penganiayaan TNI, Sejumlah Warga Tolak Premanisme di Terminal Arjosari Malang

Usai Insiden Penganiayaan TNI, Sejumlah Warga Tolak Premanisme di Terminal Arjosari Malang Aksi damai warga Arjosari tolak aksi premanisme. Foto: Ist.

KOTA MALANG, BANGSAONLINE.com - Warga dengan Pengelola Terminal Arjosari Malang, menggelar aksi damai. Aksi damai tersebut, menyuarakan penolakan terhadap premanisme atas tindakan anarkis yang mengganggu ketertiban di area terminal. Aksi ini, juga merupakan respon dari insiden penganiayaan terhadap anggota TNI beberapa waktu lalu.

Dalam demo tersebut, sejumlah peserta aksi damai membentangkan spanduk yang bertuliskan penolakan terhadap premanisme di Terminal Arjosari. Selain itu, mereka juga menggelar dialog bersama Kepala Terminal Tipe A (TTA) Arjosari, Mega Perwira Donowati, serta perwakilan dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Arjosari.

Mereka berharap, agar terciptanya suasana yang lebih aman dan nyaman di sekitar terminal. Selain itu, dari pertemuan tersebut, menghasilkan 7 poin kesepakatan penting yang akan menjadi pedoman bersama dalam memberantas premanisme dan mempererat hubungan antara warga dan pihak pengelola terminal.

Salah satu poin utama dalam kesepakatan tersebut adalah komitmen untuk menanggulangi segala bentuk premanisme, baik yang beroperasi di dalam terminal maupun di area sekitarnya.

Kepala Terminal Tipe A (TTA) Arjosari, Mega Perwira Donowati menjelaskan, bahwa langkah awal yang akan diambil adalah mendata semua mandor dan juru penumpang (jupang) yang bekerja di terminal.

"Kami akan memastikan bahwa hanya mandor dan jupang yang terdaftar dan resmi dari perusahaan yang boleh bekerja di dalam terminal. Jika ada yang tidak resmi akan segera dikeluarkan," kata Mega kepada wartawan di Terminal Arjosari, Selasa (1/7/2025).

Di samping itu, pengelola terminal juga akan secara rutin melakukan pemeriksaan terhadap para jupang dan mandor. Hal ini bertujuan untuk mencegah adanya individu yang menyalahgunakan posisi mereka untuk kepentingan yang tidak sah.

Seluruh mandor dan jupang yang bertugas di Terminal Arjosari diwajibkan mengenakan rompi identitas yang menunjukkan nama perusahaan masing-masing. Ini sebagai bentuk transparansi dan pengesahan status mereka.

Selain upaya pemberantasan premanisme, Terminal Arjosari juga mengusulkan untuk mengadakan kegiatan keagamaan secara berkala bersama warga. Kegiatan ini diharapkan dapat mempererat tali silaturahmi dan membangun hubungan yang lebih harmonis antara pengelola terminal dan masyarakat sekitar.

"Dengan adanya kegiatan ini, kami berharap bisa menciptakan suasana yang lebih baik dan saling mendukung antara warga dan pengelola terminal," jelas Mega.

Pada kesempatan yang sama, dibahas pula mengenai zona merah bagi ojek online (ojol) di sekitar Terminal Arjosari. Sebelumnya sempat beredar informasi yang menyatakan bahwa seluruh ruas Jalan Raden Intan adalah zona merah untuk ojol.

Pihak Terminal Arjosari membantah informasi tersebut. Mega menegaskan bahwa zona merah untuk ojol hanya berlaku di area pintu masuk dan keluar terminal, serta di seberang jalan, bukan di sepanjang Jalan Raden Intan.

"Zona merah untuk ojol hanya ada di pintu masuk dan keluar terminal serta di seberang jalan, itu yang perlu kami luruskan," ujarnya.

Mega menambahkan, ojek online diperbolehkan mengantar penumpang masuk ke dalam terminal, namun tidak diizinkan untuk menjemput penumpang dari area dalam terminal.

Ali Said, koordinator aksi damai warga, menyatakan bahwa masyarakat Arjosari sangat menyayangkan insiden premanisme yang terjadi beberapa waktu lalu di terminal.

"Korbannya adalah salah satu tokoh masyarakat yang selama ini berperan aktif dalam pembinaan kami," kata Ali secara terpisah.

Ia juga memastikan bahwa warga Arjosari memberikan dukungan penuh terhadap upaya pemberantasan premanisme dan berkomitmen untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang kembali.

Untuk menjamin efektivitas aksi tersebut, pihak Terminal Arjosari bersama Polsek dan Danramil setempat sepakat untuk meningkatkan pengawasan dan sistem pelaporan yang melibatkan semua pihak terkait.

"Jika ada laporan atau keluhan dari warga, kami akan segera menindaklanjutinya. Ini adalah bentuk komitmen kami untuk menjaga kedamaian di lingkungan Arjosari," tegasnya.

Ali mengungkapkan bahwa aksi damai ini juga menjadi bukti bersatunya warga Arjosari dan pengelola terminal dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman dan tertib. Mereka berharap agar kesepakatan yang telah dicapai dapat dilaksanakan dengan baik dan berkelanjutan.

"Semoga langkah-langkah yang telah diambil dapat memberikan dampak positif, baik bagi warga, terminal, maupun pengunjung yang menggunakan jasa transportasi di Terminal Arjosari," pungkasnya. (rif)