Puluhan Ribu Jemaah Tarawih Pertama di Masjid Al-Akbar, Ada Tiga Kelompok Sikapi Ramadan

Puluhan Ribu Jemaah Tarawih Pertama di Masjid Al-Akbar, Ada Tiga Kelompok Sikapi Ramadan Jemaah tarawih pertama di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, Senin (11/3/2024). Foto: M Mas'ud Adnan/bangsaonline

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Tarawih pertama di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya penuh jemaah pada malam ini, Senin (11/3/2024). Bahkan para jemaah mulai berdatangan sejak habis shalat maghrib. Pantauan BANGSAONLINE, banyak sekali mobil antre di pintu masuk masjid megah dan besar itu. Para jemaah, baik laki-laki maupun perempuan, berbondong-bondong masuk ke masjid yang dikelola Pemprov Jawa Timur itu.

Pantauan BANGSAONLINE, jemaah yang salat tarawih di Masjid Al-Akbar mencapai puluhan ribu orang pada malam pertama ini. Paling tidak, jika diukur dari kapasitas masjid yang bisa menampung 36.000 jemaah.

Masjid yang diresmikan Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada 10 Nopember 2000 itu memang cukup luas. Masjid ini dibangun di atas tanah seluas 11,2 hektare. Luas bangunannya mencapai 28.509 m2. 

Masjid yang terletak di Pagesangan Jambangan Surabaya itu menjadi masjid terbesar kedua di Kota Surabaya, setelah Masjid Sunan Ampel Surabaya yang disebut-sebut bisa menampung 80.000 jemaah. 

Pada ini yang menjadi penceramah Ketua Badan Pelaksana Pengelola Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya KH. M. Sudjak.

Kiai Sujak mengajak jemaah untuk bersyukur karena kita bisa mencapai bulan suci Ramadan. Menurut dia, berarti doa kita sejak bulan Rajab dan Sya’ban dikabulkan Allah SWT. Sehingga kita bisa mencapai bulan suci Ramadah.

“Karena itu harus kita syukuri. Karena belum tentu pada tahun akan datang kita mencapai bulan Ramadan lagi,” kata M Sujak yang mantan Kepala Kanwil Departemen Agama (Depag, kini Kemenag) Jawa Timur itu.

Meski demikian, menurut dia, sikap masyarakat tak sama dalam menyikapi datangnya bulan Ramadan.

Ia menyampaikan hasil survei tentang respon masyarakat terhadap datangnya bulan Ramadan.

“Menurut hasil survei itu ada tiga kelompok masyarakat. Pertama, kelompok masyarakat yang tidak senang terhadap datangnya bulan Ramadon,” kata M Sujak.

Kenapa? “Karena nanti malam-malam harus tangi (bangun) lagi. Kalau siang lapar. Ibu-ibu harus masak (untuk buka puasa dan sahur),” kata Sujak tanpa menyebut lembaga surveinya.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO