Bagikan Sembako, Gus Bara Didampingi Putra Gubernur, Kiai Asep Ungkap Kunci Sukses

Bagikan Sembako, Gus Bara Didampingi Putra Gubernur, Kiai Asep Ungkap Kunci Sukses Muhammad Al-Barra (Gus Bara, baju putih) saat memberikan beras dan mie instan di kepada salah seorang di sentra PKL di Kecamatan Jetis Mojokerto, Ahad (25/7/2021). Tampak ia didampingi Ali Mannagali Parawansa (juga baju putih), putra bungsu Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Foto: MMA/ BANGSAONLINE.com

MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Ternyata untuk menjadi sukses itu gampang. Termasuk menjadi kaya raya sekalipun. Setidaknya itulah taushiyah Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A., Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur.

“Gampang. Asal mau berjuang. Di antaranya salat malam,” kata Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A. kepada BANGSAONLINE.com usai membagikan sembako kepada para pedagang kali lima di 18 Kecamatan se-Mojokerto, Ahad (25/7/2021).

Kiai Asep memang suka sekali berbagi. Bukan hanya berbagi ilmu dan kunci sukses. Tapi juga berbagi harta atau sedekah. 

Kiai Asep membagikan sembako sebagai kompensasi terhadap penurunan omzet penjualan para pedagang kaki lima akibat kebijakan pemerintah pusat tentang PPKM Darurat yang kemudian dilanjutkan PPKM Level 4. “Semoga ini bisa sedikit meringankan beban mereka,” harap Kiai Asep.

(Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A. foto: MMA/ BANGSAONLINE.com)

Ketua Umum Pengurus Pusat Guru Nadhlatul Ulama (PP Pergunu) itu mengaku bahwa sejak masa PPKM Darurat yang kemudian dilanjutkan PPKM Level 4 hingga 25 Juli telah menghabiskan sekitar 3.600 paket sembako. “Per warung atau satu pedagang kita beri 5 kilo beras dan satu dus mie instan. Mungkin bisa dimasak sampai satu minggu,” kata Kiai Asep.

“Sekarang sudah tuntas, 18 kecamatan sudah kita datangi semua,” kata Kiai Asep.

Menurut Kiai Asep, jumlah total dana yang dikeluarkan sekitar Rp 600 juta. “Tapi kalau dengan biaya operasionalnya seperti biaya relawan dan sebagainya ya sekitar Rp 1 miliar. Kan kita selalu bawa banyak orang dan banyak mobil, termasuk truk,” jelas Kiai Asep yang pada Ramadan lalu mengeluarkan sedekah dan zakat Rp 8 miliar.

Pantauan BANGSAONLINE.com, pembagian sembako itu dilakukan oleh putra tertuanya, Muhammad Al-Barra (Gus Bara) yang kini menjabat Wakil Bupati Mojokerto. Bagi-bagi sembako itu memang program Asep Saifuddin Chalim Foundation (ASC Foudantion) yang diketuai Gus Bara.

Meski demikian, BANGSAONLINE.com beberapa kali menyaksikan Kiai Asep juga ikut turun memantau pembagian beras dan mie instan itu. Para pedagang bahkan semakin senang kalau Kiai Asep turun karena dagangannya diborong oleh kiai miliarder tapi dermawan itu.

“Alhamdulilah, alhamdulillah, maturnuwun,” kata seorang pedagang gembira.

Gus Bara turun ke sentra-sentra kaki lima bersama rombongan. Termasuk para relawan dan pengurus partai yang dalam pilbup menjadi pengusung dan pendukung. Kadang Gus Bara didampingi Ali Mannagali Parawansa, putra bungsu Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Ali memang alumnus Pondok Pesantren Amanatul Ummah. Ia kini kuliah di Fakultas Hukum Unair.

"Ya semoga bisa memperingan beban hidup mereka," kata Gus Bara kepada wartawan sembari mengatakan bahwa beras dan mie instan itu berasal dari uang pribadi, bukan APBD. "Semua dana dan biaya itu uang pribadi. Bukan APBD, baik APBD Pemkab Mojokerto, maupun APBD Pemprov Jawa Timur, apalagi pusat," tegas Gus Bara. 

Menurut Kiai Asep, jika kita ingin sukses, baik ilmu maupun harta, maka kuncinya harus berjuang dan istiqamah. “Salat malam itu juga berjuang. Karena kita aras-arasen (malas). Saya sendiri juga aras-arasen. Tapi harus kita lakukan secara istiqamah,” kata Kiai Asep sembari mengatakan bahwa ia selalu istiqamah membaca kitab di depan ribuan santrinya.

“Pernah saya ada acara di Cianjur. Tapi lewat jalan tol sehabis Subuh saya sudah mengaji di pondok,” kata Kiai Asep yang semasa mudanya miskin tapi kemudian sukses mendirikan dan mengelola pesantren serta menjadi kiai miliarder bergelar profesor.

Kiai Asep juga mengungkap bahwa istiqamah itu lebih baik daripada seribu karamah. “Itu sudah aksioma. Bahwa istiqamah itu lebih baik daripada seribu karamah,” katanya.

Karena itu Kiai Asep mendidik para santrinya yang berjumlah 12.000 orang selalu istiqamah salat malam. Mareka jam 3 malam harus bangun. Selain salat malam 12 rakat 6 kali salam dan salat witir tiga rakaat dua kali salam, para santri Kiai Asep juga harus salat jamaan salat Subuh.

Kiai Asep menegaskan, jika kita salat malam di awal waktu dan berjamaah, maka semua hidup kita ditanggung dan dijaga oleh Allah SWT. Sembari mengutip Hadits Kiai Asep juga mengungkapkan bahwa salat malam itu akan membuat tubuh kita sehat dan terjaga semua penyakit. “Orang yang stroke itu biasanya bangunnya kesiangan. Jam 6 atau jam 7,” katanya. 

Karena itu Kiai Asep mengajak masyarakat - khsususnya rakyat Indonesia - untuk membiasakan salat malam secara istiqamah. (mma)

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO