Indonesia Bakal Terus Impor Daging? Pencuri Sapi Teroganisir, Peternak Sapi di Sumba NTT Kapok

Indonesia Bakal Terus Impor Daging? Pencuri Sapi Teroganisir, Peternak Sapi di Sumba NTT Kapok  Dahlan Iskan

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Hingga sekarang Indonesia terus meng . Pemerintah belum pernah berhasil untuk mencari jalan keluar. Bahkan kini muncul pemikiran untuk membeli peternakan di luar negeri.

Lalu bagaimana dengan Sumba NTT yang dulu dikenal sebagai pusat peternakan Indonesia? Itulah ironisnya. Orang di Sumba kapok untuk beternak karena mereka berhadapan dengan pencuri yang masif dan terstruktur.

Benarkah? Silakan simak tulisan Dahlan Iskan, wartawan handal, di Disway, HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com pagi ini, Selasa 25 Mei 2021. Selamat membaca:

PERNAH ada heboh kecil dua bulan lalu. Saya menahan diri untuk ikut nimbrung. Biarlah emosi turun dulu: BUMN akan membeli peternakan di Belgia. Itu untuk mengatasi kekurangan daging di dalam negeri.

Rupanya memang ada pemikiran itu. Hanya saja, tentu, maksudnya tidak di Belgia. Kalau pun ada peternakan besar di sana apakah bisa dibeli. Lalu, apakah fisibel–terutama karena jaraknya.

Pemikiran membeli peternakan di luar negeri itu sendiri sangat baik. Terutama setelah berbagai upaya di dalam negeri tidak kunjung berhasil. Di pemerintahan siapa saja. Pun di pemerintahan kedua Pak Jokowi ini.

Selalu saja tidak pernah bisa ditekan. Dan selalu pula harga daging jadi isu politik. Tak ada bedanya dengan harga cabai, bawang, kedelai, jagung, dan apa saja.

Persoalan dasarnya adalah: 1) biaya memelihara di dalam negeri sudah terlalu mahal. 2) Terutama akibat harga pakan yang mahal.

Upaya apa pun tidak akan berhasil kalau tidak bisa menjawab dua masalah dasar itu. Menteri pertanian sejago apa pun tidak akan sukses kalau tidak bisa mencari jalan keluar dua persoalan dasar itu. Seminar berapa ribu kali pun akan mentok di dua persoalan itu.

Untuk membuat harga daging di bawah Rp 100.000/Kg harga pedet ( remaja) harus Rp 4 juta. Maksimal.

Tapi dengan harga pedet seperti sekarang –sekitar Rp 6 juta– tidak mungkin harga daging bisa di bawah Rp 120.000/Kg. Pedet itu masih harus dibesarkan menjadi . Perlu waktu dua tahun. Perlu membeli makanan selama dua tahun.

Dengan harga pakan semahal sekarang, Anda bisa hitung sendiri biaya makannya selama dua tahun.

Persoalan membesarkan pedet adalah persoalan harga pakan.

Tidak terlalu rumit.

Tapi, membuat pedet, adalah persoalan yang lebih rumit.

Dengan menstrukturkan masalah menjadi dua persoalan itu setidaknya memudahkan mencari jalan keluar.

Membeli peternakan di luar negeri haruslah dimaksudkan hanya untuk mengatasi persoalan kedua: agar bisa memproduksi pedet dengan biaya lebih murah.

Pedet hasil peternakan di luar negeri itu bisa kita impor besar-besaran. Toh dari peternakan kita sendiri.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO