Pandemi dan Tanah Retak, Begini Cerita Warga Badut Hadapi Rasa Was-Was

Pandemi dan Tanah Retak, Begini Cerita Warga Badut Hadapi Rasa Was-Was Warga Dusun Badut, Desa Jugo, Kecamatan Mojo saat menunjukkan tanah retak yang terjadi di daerahnya. (foto: MUJI/ BANGSAONLINE)

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Terhitung sejak tahun 2017 lalu, tanah pegunungan yang berada di Dusun Badut, Desa Jugo, Kecamatan Mojo, Kabupaten mengalami keretakan. Semakin hari, keretakan itu semakin lebar.

Ada 18 warga yang tinggal di RT 05 RW 01 Dusun Badut, di mana lokasi tanah retak itu berada. Mereka mengaku selalu dihantui rasa was-was akan rumahnya kalau tiba-tiba saja tertelan bumi. Lebih-lebih di saat musim hujan dan di waktu malam.

Guna meredam kecemasan warga itu, sejak bulan Maret 2020 lalu, Pemkab melalui BPBD Kabupaten telah membuat barak pengungsian yang berjarak sekitar 200 meter dari pemukiman warga. Barak yang terbuat dari tripleks beratap seng itu, untuk sementara bisa digunakan beristirahat terutama di waktu malam.

Yoko Prasetyo, Ketua RT 05 RW 01 Dusun Badut, pernah menjelaskan bahwa di RT-nya ada 6 rumah yang dihuni oleh 18 orang. Saat ini, mereka memilih mengungsi, terutama di malam hari. "Takut terjadi longsor secara tiba-tiba, bila malam hari, kami mengungsi di barak pengungsian. Bahkan, ada warga yang siang malam tidur di barak," kata Yoko.

Menurut Yoko, keretakan tanah sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 2017 lalu. Awalnya, warga tidak terlalu khawatir karena memang hanya sedikit. Tetapi saat ini, keretakan sudah panjang, lebih dari 100 meter. Selain keretakan di tanah, dinding rumah warga juga sudah ada yang ikut retak.

Makanya bila malam, lanjut Yoko, lebih-lebih jika hujan turun, warga akan mengungsi ke barak pengungsian yang telah dibangun oleh BPBD.

Lihat juga video 'BI Kediri Gelar Bazar Pangan Murah Ramadhan 2024':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO