Waspadai Chikungunya dan DBD yang Mengintai di Masa Pandemi: Konsumsi Makanan Bergizi

Waspadai Chikungunya dan DBD yang Mengintai di Masa Pandemi: Konsumsi Makanan Bergizi Salah satu pasien Chikungunya saat dirawat. (foto: ist).

Fauzan Adima menambahkan, penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus melalui gigitan nyamuk aedes aegypti ini memang kerap terjadi di daerah tropis, seperti Indonesia. Demam dan DBD memiliki banyak kemiripan pada tahap awal, sehingga kerap terjadi salah diagnosis untuk pengobatannya.

Nyamuk aedes aegypti memiliki karakteristik dalam menggigit manusia. Nyamuk ini beroperasi antara pukul 10.00-12.00 WIB. Dalam beberapa kasus, nyamuk ini juga menyerang pada pukul 16.00-17.00 WIB atau sebelum magrib.

“Penting untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan di masa pandemi ini. Selain kebersihan diri untuk mencegah corona, juga mengantisipasi gigitan nyamuk,” kata Fauzan Adima.

Pada serangan pertama, gejala klinis yang muncul akibat gigitan nyamuk adalah demam, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, serta ruam. Fase berikutnya mulai terdapat perbedaan pada DBD, di mana pasien bisa mengalami pendarahan ringan hingga neutropenia.

Perbedaan lainnya adalah demam memiliki masa inkubasi virus sekitar 1-12 hari, sedangkan gejala dan penyakitnya bisa berlangsung sekitar satu hingga dua minggu.

"Untuk penderita DBD masa inkubasinya 3-7 hari, dengan durasi penyakit bisa berlangsung dari 4-7 minggu, tergantung sistem kekebalan tubuhnya. Maka dari itu, disarankan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan berolahraga teratur," tutupnya. (uji/zar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO