Pemerhati dan Sejarawan Gresik Sorot Proyek Landmark Garling

Pemerhati dan Sejarawan Gresik Sorot Proyek Landmark Garling Maket Landmark Garling yang akan dibangun PJB di pulau Jalan Pahlawan. foto: ist

Menurut Gilang, gardu suling adalah sirene pada zaman dulu sebagai tanda peperangan. "Sirene dulu kan tanda perang. Apa ini sebagai tanda perang Pilbup Gresik 2020 akan dimulai?," kelakarnya.

Gilang menilai Pemkab Gresik setengah hati dalam memberlakukan perda (Peraturan Daerah) tentang cagar budaya. Terbukti, banyak bangunan cagar budaya yang dibiarkan tak terurus. 

"Justru saya kira terbalik cara berpikirnya Pemkab dengan membuat Landmark Gardu Suling di sebelah GNI. Padahal rencana perbaikan GNI itu sudah muncul sejak tahun 2014, tapi hingga sekarang tak diwujudkan," pungkasnya.

Sementara Sejarawan Gresik sekaligus Budayawan, Kris Aji AW menyatakan hal serupa. Ia bahkan menilai Pemkab Gresik di bawah kepemimpinan Bupati Sambari telah merubah sejarah melalui pembangunan landmark dari dana CSR.

Ia menyontohkan pembangunan Landmark Tugu Lontar di perempatan Kebomas. "Jadi perempatan Kebomas itu ada sejarahnya. Sampai sekarang orang mau ke Giri, baik naik ojek, lyn, atau lainnya ya tahunya turun perempatan Kebomas. Setelah dibangun Tugu Lontar, masak menjadi perempatan Lontar. Kan gak mungkin. Jadi salah kaprah dan tak sesuai sejarah-lah," katanya.

Kondisi serupa juga terjadi dalam pembangunan Keris Sumelang Gandring, di perempatan Sentolang. Kemudian, Gajah Mungkur, dan Garling. 

"Jadi disebut Sentolang itu juga ada sejarahnya, gak mungkin menjadi perempatan Keris Semelang Gandring, Perlimaan Gajah Mungkur, atau Perempatan Garling. Ini jelas akan berimbas menghilangkan sejarah untuk anak cucu dan generasi penerus, sehingga mereka nanti tak tahu asal usul tempat yang dibangun landmark tersebut," pungkas ketua Yayasan Mataseger ini. (hud/ian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO