Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
65. Inna ‘ibaadii laysa laka ‘alayhim sulthaanun wakafaa birabbika wakiilaan
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
“Sesungguhnya (terhadap) hamba-hamba-Ku, engkau (Iblis) tidaklah dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga.”
TAFSIR AKTUAL:
Ayat studi sebelumnya bertutur soal Iblis yang dendam kepada Adam dan bersumpah-sumpah hendak menjerumuskan mereka. Lalu Tuhan melindungi mereka agar selamat, kecuali mereka yang brengsek dan sengaja mengikuti.
Dalam etika syari'ah, orang yang berbuat baik itu dipersilakan memilih dua hal, yakni menutupi amalnya atau dipublis terbuka. Tapi kalau berbuat buruk, maka wajib ditutupi rapat-rapat, seraya terus-menerus mohon ampunan kepada Tuhan.
Semisal orang yang bersedekah atau beramal jariah. Jika dia mempublis, maka bagus. Itu mengedukasi umat agar mengikuti amalnya, itung-itung sebagai dakwah bi al-hal, dakwah aplikatif. Tapi, sisi negatifkan rentan terjerumus dalam riya'. Lalu hanguslah pahalanya.