Kiai Mustamar Mundur, Ketua Pejuang Islam Nusantara Akui PIN Organisasi Pejuang yang Belum Berjuang

Kiai Mustamar Mundur, Ketua Pejuang Islam Nusantara Akui PIN Organisasi Pejuang yang Belum Berjuang Inilah surat pengunduran diri KH Marzuki Mustamar dari penasehat PIN yang beredar di medsos. Surat pengunduran diri itu juga bergandeng dengan surat pernyataan bersedia Kiai Marzuki Mustamar sebagai penasehat PIN. Foto: WA/bangsaonline.com

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Jagat media sosial (medsos) tiba-tiba ramai gara-gara KH. Marzuki Mustamar, Ketua PWNU Jawa Timur melayangkan surat pengunduran diri dari penasehat Pejuang Nusantara (PIN). Surat pengunduran diri Kiai Marzuki Mustamar dari PIN itu viral di medsos.

“Surat ini sekaligus mencabut surat pernyataan kesediaan yang telah saya tandatangani di Surabaya 19 Oktober 2018,” tulis pernyataan pengunduran diri Kiai Marzuki Mustamar yang ditandatangani di atas materai bertanggal 11 Juni 2019 di Malang.

Selain surat pengunduran diri, memang juga beredar surat kesediaan Kiai Marzuki Mustamar sebagai penasehat PIN. Namun berbeda dengan surat pengunduran diri yang bermaterai, surat pernyataan kesediaan Kiai Marzuki Mustamar bertanggal 19 Oktober 2018 di Surabaya itu ditandatangani tanpa materai.

Kiai Marzuki tidak hanya melayangkan surat pengunduran diri, tapi juga membuat video pendek yang disebar ke medsos. Isinya mengimbau warga NU dan kader NU agar tidak masuk PIN dan segera keluar dari PIN jika terlanjur masuk.

“Warga NU, para kader NU, karena satu dan lain hal, beberapa orang PIN perilakunya tak sejalan dengan kiai-kiai NU, maka di samping saya Marzuki mengundurkan diri dari kepenasehatan PIN, saya imbau agar kader NU tak usah ikut PIN dan yang sudah ikut PIN segera keluar,” tegas pengasuh Pondok Pesantren Sabilur Rosyad Sukun Malang Jawa Timur itu.

Karuan saja warga NU – terutama kiai dan pengurus NU – bertanya-tanya. Di grup-grup WA kiai dan kader NU bahkan muncul pertanyaan aneh-aneh. “PIN itu makanan apa,” tanya salah seorang di grup WA kiai-kiai NU. Mereka mengaku baru dengar kalau ada organisasi bernama PIN yang dikaitkan-kaitkan dengan NU.

Nah, berangkat dari kegelisahan warga NU itu, BANGSAONLINE.com melakukan investigasi rekam jejak organisasi yang berdiri pada Jumat 13 Juli 2018 lalu itu. Ternyata organisasi baru yang mengklaim sebagai pejuang itu belum ditemukan jejak perjuangannya. 

“Ya betul, memang belum berjuang ha…ha..ha… Mau berjuang gimana, belum ada yang diperjuangkan, malah antar teman saling tendang,” kata H Abdullah Farich, Ketua PIN Jawa Timur kepada BANGSAONLINE.com sembari tertawa, Senin (17/6/2019).

Menurut Farich, pola-pola di PIN memang agak beda dengan kultur NU. Mereka berani mengklaim sebagai pejuang. "Para kiai-kiai NU saja tak ada yang berani mengaku sebagai pejuang," katanya.

Sejak PIN berdiri, tutur Farich, justru penuh konflik. “Banyak pengurus PIN yang dipecat dan mengundurkan diri,” ungkapnya sembari menyebut bahwa Sekjen PIN Ustadz Darto Saifuddin juga mengundurkan diri.Padahal Darto Saifuddin dikenal sebagai kiai penyebar di Papua yang hampir dibunuh orang-orang non-Muslim Papua tapi selamat gara-gara orang-orang Papua yang sudah mengepungnya itu melihat ada foto Gus Dur di rumah alumnus Pesantren Tebuireng itu.

Menurut Farich, hingga sekarang ketua PIN Jawa Timur sudah ganti dua kali karena dipecat, termasuk dirinya. “Ketum gak paham organisasi, masih perlu belajar organisasi. Otoriter. Kayak pemilik pabrik,” kata Farich. Yang dimaksud Ketum adalah ketua umum PIN Abdul Kholiq.

Namun meski sudah dipecat Farich mengaku akan tetap bertahan sebagai ketua PIN Jatim. “Saya kan belum menerima surat pemecatan,” katanya. Menurut dia, konsep PIN bagus tapi implementasinya lemah. “Saya akan keluar setelah organisasi ini tertata dengan baik,” katanya.

Yang menarik, ternyata Farich mengakui bahwa PIN adalah organisasi medsos. “Saya terpilih lewat grup WA,” katanya.

Loh, apakah pengurus PIN tak pernah bertemu untuk rapat secara fisik? Farich mengaku pernah bertemu secara fisik dengan ketua umum PIN, Abdul Kholik, di rumahnya di Purbalingga Jawa Tengah. Tapi pertemuan itu tentu saja tak cukup. “Ya nggak cukup, seharusnya ada pertemuan-pertemuan lagi,” kata Farich sembari menegaskan bahwa program PIN belum jelas.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO