Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag
42. qul law kaana ma’ahu aalihatun kamaa yaquuluuna idzan laibtaghaw ilaa dzii al’arsyi sabiilaan
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Katakanlah (Muhammad), “Jika ada tuhan-tuhan di samping-Nya, sebagai-mana yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Tuhan yang mempunyai ’Arsy.”
43. subhaanahu wata’aalaa ‘ammaa yaquuluuna ‘uluwwan kabiiraan
Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka katakan, luhur dan agung (tidak ada bandingannya).
TAFSIR AKTUAL:
Di negeri ini, masalah di atas sangat sensitif, selain menyangkut tradisi juga karena terkait keimanan. Ada yang hobi ziarah kubur, bahkan menjadi ajaran, anjuran, dan agenda kegiatan. Penulis pernah ditanya soal ucapan seorang penghobi ziarah: "Siapa yang sudah tujuh kali ziarah ke wali songo, maka pahalanya sama dengan satu umrah". Tentu itu salah dan mengada-ada, Hoax.
Memang ada dalil-dalil ziarah kubur, kuat, dan bisa dibenarkan. Ada dari sunnah qauliyah dan sunnah fi'ilyah, ada dari amalan sahabat dan para ulama shalih juga disebutkan. Juga ada hikmah yang bagus dan penting diambil.
Ziarah kubur berfaidah untuk mengingatkan kematian. 'tudzakkkir al-maut'. Dengan ziarah kubur diharap pelakunya semakin bertaqwa, makin-hati-hati dalam berbuat, makin shalih dan makin bagus Ibadahnya, makin tambah pula sedekahnya. Perkoro kenyataannya pancet, itu soal lain.
Klik Berita Selanjutnya