Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag. . .
In ahsantum ahsantum li-anfusikum wa-in asa'tum falahaa fa-idzaa jaa-a wa’du al-aakhirati liyasuu-uu wujuuhakum waliyadkhuluu almasjida kamaa dakhaluuhu awwala marratin waliyutabbiruu maa ‘alaw tatbiiraan (7).
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
"In ahsantum ahsantum li-anfusikum wa-in asa'tum falahaa". Anda berbuat baik, keuntungannya akan anda nikmati sendiri. Anda berbuat buruk, keburukan itu akan nampes kepada diri anda sendiri. Jelas, bahwa Allah SWT tidak mengambil keuntungan apa-apa ketika manusia berbuat baik. Semua dinikmati pelakunya sendiri. Begitu halnya perbuatan buruk, Allah SWT tidak rugi apa-apa. Semua ditanggung pelaku sendiri.
Ayat kaji ini (7) adalah pedoman perilaku, ugeran tindhak-tandhuk yang sangat filosufis dan tinggi makna. Di mana tindakan seseorang akan berpulang kepada dirinya. Atau, dengan kata lain, tindakan apa saja yang akan anda lakukan, ukurlah dengan diri anda sendiri. Bila anda mem"begitu"kan orang, maka berpikirlah jika anda sendiri di"begitu"kan oleh orang lain: sukakah atau kecewa?.
Oknum Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang mengkartu kuning presiden di hadapan orang banyak dalam acara akademik dan terhormat sungguh mengundang banyak komentar. Musuh politik dan pembenci pak Jokowi tentu berjingkrak dan makin lebar mulutnya, memujinya sebagai pemberani, kritis, dan sebagainya. Itu sah-sah saja dan begitulah mindset politik yang tidak dimorali.
Yang mengherankan, justru beberapa anggota DPR-RI ikutan, bahkan ada yang mengacungkan kartu merah. Sungguh dagelan murahan. Di samping tidak kreatif, sudah memberi kartu merah tapi tidak bisa mengeluarkan pemain terhukum dari lapangan. Dan tidak malu. Kalah dengan wasit bola Agustusan di desa. Keputusan wasit pasti dipatuhi.