Tafsir Al-Isra 7: Pelecehan Seksual Terhadap Pasien, Siapa Terpuji?

Tafsir Al-Isra 7: Pelecehan Seksual Terhadap Pasien, Siapa Terpuji? Ilustrasi

Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag. . .   

In ahsantum ahsantum li-anfusikum wa-in asa'tum falahaa fa-idzaa jaa-a wa’du al-aakhirati liyasuu-uu wujuuhakum waliyadkhuluu almasjida kamaa dakhaluuhu awwala marratin waliyutabbiruu maa ‘alaw tatbiiraan (7).

"In ahsantum ahsantum li-anfusikum". You berbuat baik, you menikmati kebaikan itu. Kasus seorang perawat, asisten dokter yang melecehkan seorang pasien wanita di sebuah rumah sakit Surabaya, lalu viral dan ditangani yang berwajib itu bagus sebagai tindakan memberantas perbuatan usil dan ketidaksenonohan. 

Di televisi, nampak si perawat benar-benar menyesali bahkan "menyembah-nyembah" meminta maaf kepada korban dan keluarga korban, menangis dan mengulurkan tangan kepada pasien wanita yang dilecehkan. Tidak hanya menyesali, dia juga memberi pernyataan atas kesalahannya yang tidak pantas ditiru. Namun, rupanya si pasien tetap tinggi hati, menuding-nuding dengan ungkapan merendahkan dan menuntut hukuman. Tafsir Aktual berkomentar, antara lain:

Pertama, kekecewaan pasien sungguh manusiawi dan wajar. Begitu pula kemarahan dan tuntutannya agar sang peleceh dihukum sesuai aturan. Itu juga benar, meski belum tentu terpuji. Tapi jika dia memaaf atas dasar kemanusiaan, apalagi atas dasar keimanan, maka sungguh terpuji, pribadi mulia, sekaligus ibadah berpahala.

Memaaf memang mudah dan tidak butuh modal apa-apa, tapi pahalanya luar biasa. Memaaf adalah sifat Tuhan Allah SWT yang sangat mulia, tetapi tidak semua manusia dianugerahi sifat memaaf tersebut. Memaaf sungguh terkait dengan ketulusan hati dan keimanan. Makanya, Iblis dan kroninya selalu mendukung dengan kekuatan penuh agar manusia terus marah dan dendam.

Iblis mengerti, dengan kemarahan memuncak, manusia akan kehilangan kontrol dan akal sehatnya, sehingga mudah dipermainkan dan dijerumuskan. Menuruti nafsu dan melampiaskan kemarahan sungguh-sungguh enak sesaat, bangga dan lega, tapi tidak mendapat kebaikan apa-apa. Itulah yang dimaui oleh iblis dan kroni. Karena itu, nabi Muhammad SAW menasehati, "jangan marah..".

Sumber: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO