Mengenal Sentono Gentong, Tempat Singgah Ulama Kalingga Selatan di Pacitan

Mengenal Sentono Gentong, Tempat Singgah Ulama Kalingga Selatan di Pacitan Wisata Sentono Gentong yang saat ini tengah dikembangkan Pemdes Dadapan.

PACITAN, BANGSAONLINE.com - Dikembangkannya destinasi wisata Sentono Gentong di Desa Dadapan, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan semakin memperkuat kebenaran fakta sejarah yang menyatakan kalau Pacitan adalah tonggak awal berdirinya Pulau Jawa. Hal itu ditandai adanya paku bumi yang pernah ditancapkan sejumlah ulama kondang dari Kalingga Selatan. Sambil berdagang, rombongan saudagar dari India di bawah kendali Syeh Subakir itu juga berkesempatan melakukan syiar agama Islam.

Menurut pelaku sejarah di Pacitan, Ki Ageng (KA) Songgo Samudro Sentono Gentong merupakan salah satu situs sejarah Islam di Pulau Jawa. Dalam buku kuno yang sempat ia baca, kala itu rombongan pedagang dari Kalingga Selatan (India selatan) sempat berlayar menuju pantai selatan. Mereka sempat singgah di sebuah wilayah yang disebut Wengker Kidul.

"Sebab secara administratif, nama Pacitan belum ada. Kala itu masih menginduk di Wengker (sekarang Kabupaten Ponorogo). Pacitan kala itu dikenal dengan sebutan Wengker wilayah kidul," tuturnya, Sabtu (5/5).

Fakta sejarah lain yang memperkuat adanya intervensi ulama asal India di Pacitan, yaitu adanya makam seorang punggawa kerajaan yang diduga kuat berasal dari Kalingga bernama Buwono Keling. Dia penganut Hindu, dan memiliki ilmu sakti Ponco Sono.

"Saat itu sempat pecah peperangan antara ulama dengan punggawa yang dikenal sakti itu. Buwono Keling dikenal sakti lantaran memiliki ilmu Ponco Sono. Jazadnya baru bisa menyatu dengan bumi, setelah kepala dan tubuhnya dikubur terpisah. Fakta sejarah itu dibuktikan adanya tiga makam yang letaknya dipisahkan dengan sungai. Makam Buwono Keling itu bisa dijumpai di Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung, Desa Sukoharjo, dan Desa Kembang Kecamatan Pacitan," tutur Songgo Samudro pada pewarta.

Terkait nama Gentong, lanjut dia, itu dikarenakan ketika berdagang para saudagar dari Kalingga Selatan membawa perbekalan air yang ditampung disebuah gentong. Selain untuk keperluan minum, juga sebagai wadah untuk berwudlu.

"Meski sering dipakai, namun air yang mereka tampung di sebuah gentong itu tak pernah habis. Entah dari mana asal air itu, yang pasti sebagaimana cerita buku kuno, gentong yang dibawa rombongan Syeh Subakir selalu penuh berisikan air," pungkas dia. (yun/ns)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO