Tafsir Al-Isra 1: Penutup Ayat Tidak Matching?

Tafsir Al-Isra 1: Penutup Ayat Tidak Matching? Ilustrasi

Ternyata tidak demikian, justru yang dipakai adalah sifat maha mendengar dan maha melihat. Innahu huwa alssamii’u albashiiru. Mengapa? Allah a'lam. Tapi, kira-kira begini:

Pertama, senagaja Tuhan tidak menutup ayat tersebut dengan kemahakuasaan-Nya, karena kekuasaan-Nya langsung bisa dibuktikan. Kedatangan kembali sosok nabi Muhammad SAW ke tengah-tengah mereka dengan selamat dan utuh adalah bukti. Bagi yang tidak percaya boleh membuktikan, menguji bahkan boleh mendebat.

Kedua, bahwa misi ayat ini tidak sekadar pamer kedigdayaan, melainkan lebih pada doktrin teologis, memberi pelajaran keimanan, termasuk tes keimanan. Dengan dipakainya sifat al-sami' dan al-bashir, Tuhan hadir dengan sifat monitoring-Nya yang mahasensitif. Tuhan maha mendengar adalah pemberitahuan, bahwa Tuhan mau mendengarkan respon publik, apa tanggapan umat manusia tentang peristiwa isra' tersebut. Ngomong apa mereka, berlagak bagaimana mereka, mau mengimani atau mengingkari. Begitu halnya dengan al-bashir, sifat maha melihat dan maha memeprhatikan. Tuhan melihat siapa di antara mereka beriman, siapa yang ingkar dan siapa yang masih ragu.

Seolah Tuhan hendak berkata demikian: “Wahai umat manusia, setelah kalian mengetahui adanya peristiwa isra', maka Aku akan memperhatikan sikap kalian, apa tanggapan kalian. Ingat, Aku mendengar suara hati kalian, mendengar bisik-bisik kalian dan Aku juga memperhatikan setiap tingkah laku kalian. Maka jangan berkomentar sembarangan. Dari komentarmu, terbacalah keimananmu”.

Isra', lagi-lagi persoalan keimanan. Sesungguhnya Tuhan sudah tahu ragam keimanan hamba-Nya, meski tanpa isra'-isra'an. Tapi Tuhan - dengan cara-Nya sendiri - ingin memberitahu Rasul-Nya, sekaligus seluruh kaum muslimin agar lebih bijak dalam bersikap ketika menghadapi mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO