Tafsir Al-Isra 1: Tahlilan dan Lagu Indonesia Raya

Tafsir Al-Isra 1: Tahlilan dan Lagu Indonesia Raya Timnas Indonesia saat menyanyikan lagu Indonesia Raya. foto: juara.bolasport.com

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie M.Ag. . .  

Subhaana alladzii asraa bi’abdihi laylan mina almasjidi alharaami ilaa almasjidi al-aqshaa alladzii baaraknaa hawlahu linuriyahu min aayaatinaa innahu huwa alssamii’u albashiiru (1).

Berdzikir kepada Allah SWT adalah perintah-Nya. Makin banyak, makin khusyu', makin dianjurkan. Tidak ada cara yang dipatok, silakan berdzikir sendirian atau berduaan, atau jamaah. Juga tiada penunjukan waktu, kapan saja, semakin penuh mengisi hidup dengan berdzikir, bertahlil, beristingfar, bertasbih semakin bagus.

Jadi, acara Tahlilan, Yasinan, dan sebangsanya adalah media yang sangat bermanfaat bagi orang beriman yang awam atau yang sering lupa kepada Tuhan. Lagian dia kurang mampu bercepat-cepat kembali kepada-Nya. Dengan pembacaan kalimah thayyibah bareng-bareng, maka otomatis Allah SWT dihadirkan kembali di hatinya, hal mana sebelumnya Tuhan tidak hadir sama sekali.

Lain dengan orang yang hatinya selalu "ON" kepada Tuhan, maka tahlilan tidak dibutuhkan. Hal itu karena dia sudah mampu in connecting sendiri Tuhan walau tanpa media maupun pendukung. Jiwanya sensitif dan reflek bersentuhan dengan Tuhan.

Memang tidak ada kewajiban hafal lagu Indonesia Raya bagi setiap warga negara Republik Indonesia. Tapi, mereka yang hafal akan lebih "shalih" sebagai warga negara ketimbang yang tidak. Terkait lagu tersebut, penggolongannya begini:

Pertama, mereka yang hafal dan sering melantunkan karena seringnya menghadiri acara resmi kenegaraan dan sebangsanya, seperti pejabat negara. Golongan ini, lagu kebangsaan Indonesia Raya melekat membaur dalam sanubarinya. Jangankan Bupati, kepada desa yang tidak hafal lagu Indonesia Raya pasti "dikutuk" warga.

Kedua, golongan yang jarang melantunkan, paling-paling pada acara Agustusan dan acara lain yang tak terduga. Ini mendingan, masih ada media mengingat-ingat, sehingga tidak lupa sama sekali.

Ketiga, mereka yang pernah hafal, tapi tidak punya acara melantunkan. Maka potensi lupanya lebih besar. Kecil sekali kemungkinan sadar dan mau menghafal sendiri di rumah.

Keempat, mereka yang tidak hafal dan tidak punya acara melantunkan. Mudah-mudahan kita menjadi hamba-Nya yang otomatis bertasbih kepada-Nya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO