JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Ulang tahun Presiden keempat RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang ke-77 dirayakan pemuda lintas agama Kabupaten Jombang di sebuah kafe kota setempat, Sabtu (5/8/2017) malam. Dalam perayaan itu, para pemuda lintas agama merefleksikan kondisi Indonesia dan keteladanan Gus Dur.
Parjo, aktivis keberagaman gender dan seksualitas yang juga salah satu peserta dalam kegiatan tersebut mengungkapkan kondisi yang dialami LGBT. “Kelompok LGBTI masih mengalami berbagai diskriminasi dan kekerasan. Keberadaan kami masih dipandang sebelah mata. Semoga Negara bisa lebih memperhatikan kondisi ini,” kata Parjo saat menyampaikan refleksinya.
BACA JUGA:
- Shinta Nuriyah Wahid Sahur Bersama Lansia dan Anak di Pare
- Luhut Usir Pengeritik Pemerintah dari Indonesia, Waketum MUI: Luhut yang Harus Diusir
- Ucapkan Selamat Tahun Baru Imlek, Gubernur Khofifah Ingatkan Jasa Gus Dur
- Buya Syakur, Kiai Hebat dan Pemikir Kontroversial yang Kecendekiaannya Diakui Gus Dur
Ungkapan berbeda disampaikan Vivi, mahasiswa Kristen yang tengah menyelesaikan studi teologi. Dia mengaku tengah berjuang untuk mempromosikan toleransi dan keberagaman di wilayah Desa/Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang. “Tantangannya berat. Kami sering disalahpahami masyarakat, padahal kami tidak seperti yang mereka bayangkan,” ungkap Vivi.
Sementara sosok Gus Dur juga begitu menginspirasi Yulius, calon pendeta GKJW. Dia meyakini ajaran Kristen memungkinkan Tuhan merepresentasi pada sosok pilihan. “Bagi kami, selain Yesus, Gus Dur adalah medium untuk bisa memahami kehendak Tuhan. Kiprah Gus Dur dalam membela kelompok minoritas merupakan bukti nyata ia adalah logos Tuhan yang harus diteladani,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Aan Anshori, koordinator kegiatan, menegaskan pentingnya figur panutan untuk melawan berbagai ketidakadilan di Indonesia. “Gus Dur adalah satu-satunya presiden sekaligus kiai yang berani bersikap adil dalam Kejahatan 1965,” kata alumni PMII (Pergerakan Mahasiswa Isam Indonesia) Jombang ini.
Acara ini sendiri dihadiri perwakilan dari Gereja Bethani Gudo, GSPdI, GUSDURian Jombang dan Mojokerto, Gubug Sebaya, dan perwakilan GKJW.
Di akhir acara, seluruh hadirin menyanyikan Satu Nusa Satu Bangsa, kemudian berdoa bersama dan selanjutnya menikmati tumpeng. (rom)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News