Tafsir Al-Nahl 116-117: Pembela Kafir Mendapat Upah, Sekaligus Siksa

Tafsir Al-Nahl 116-117: Pembela Kafir Mendapat Upah, Sekaligus Siksa Massa pro-Ahok demo menuntut agar terdakwa kasus penistaan agama itu dibebaskan. foto: ilustrasi / tribunislam

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .    

Walaa taquuluu limaa tashifu alsinatukumu alkadziba haadzaa halaalun wahaadzaa haraamun litaftaruu ‘alaa allaahi alkadziba inna alladziina yaftaruuna ‘alaa allaahi alkadziba laa yuflihuuna (116). Mataa’un qaliilun walahum ‘adzaabun aliimun (117).

Ayat kaji ini bicara soal wong kafir yang hobi menghidangkan sesajen, korban ternak, selametan yang dipersembahkan kepada berhala sesembahan. Mereka menentukan hewan ini, makanan ini hukumnya halal (haadzaa halaalun) dan yang ini hukumnya haram (wahaadzaa haraamun).

Yang dimaksud ini dan itu adalah hewan-hewan yang sudah ditentukan sebagai korban sesembahan dan yang tidak. Seperti Bahirah (unta yang telinganya dilobangi), Sa'ibah (unta nadzar untuk berhala), Wasilah (kambing yang melahirkan anak jantan dan betina. Sebab, jika hanya melahirkan jantan semua, maka dipersembahkan kepada berhala, jika hanya betina, maka untuk diri sendiri, Ham (pejantan produktif) dan lain-lain.

Semua ini hanyalah kreasi dan mengada-ada, bikinan para tetua adat, juru kunci atau para dukun setempat, bukan ketentuan dari Allah SWT. Makanya Tuhan menolak, bahwa itu semua adalah dusta dan mengada-ada. "yaftaruuna ‘alaa allaahi alkadziba". Meskipun Tuhan menolak, tapi pendukung mereka banyak dan kuat, utamanya dari komunitas penyair dan pujangga.

Zaman dulu, penyair menjadi media informasi paling efektif. Hal penting dituangkan dalam gubahan syair ringan dan mudah, sehingga anak-anak kecil bisa hafal. Disebutkan, banyak penyair, ilmuwan membela-bela kreasi para tokoh kafir terkait keyakinan mereka. Penyair yang belaannya efektif dan daya kampanyenya manjur, orasinya mantap akan mendapat imbalan uang banyak. Ya, tapi Tuhan mengancam, di akhirat nanti akan mendapat siksa super pedih karena menguatkan kekufuran mereka. Itulah makna penutup ayat, "Mataa’un qaliilun walahum ‘adzaabun aliimun".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO