Dewan Dukung Diskanla Lakukan Inovasi Teknologi untuk Tingkatkan Produksi Garam Jatim

Dewan Dukung Diskanla Lakukan Inovasi Teknologi untuk Tingkatkan Produksi Garam Jatim Heru Tjahjono, Kepala Diskanla Jatim.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Buruknya capaian produksi garam Jawa Timur di tahun 2016 silam, sempat menjadi salah satu catatan khusus DPRD Jatim dalam persetujuan Laporan Keterangan Pertangungjawaban (LKPJ) Pemerintah Provinsi Jatim pekan lalu. Dewan meminta pemprov untuk membuat terobosan agar peningkatan produksi garam bisa dilakukan.

Anggota Komisi B DPRD Jatim, Chusainuddin mendukung langkah Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) melakukan inovasi untuk meningkatkan produksi garam, baik secara kualitas maupun kuantitas. Menurut politisi PKB yang akrab disapa Mas Udin ini, inovasi teknologi diperlukan agar bisa mengolah garam tanpa bergantung pada cuaca kemarau atau panas. Dirinya berharap alih teknologi itu harus segera direalisasikan. Apalagi Diskanla sudah memulai pilot project yang mengolah garam di dalam ruang tertutup.

“Kami di Komisi B mendorong alih teknologi dilakukan oleh Diskanla untuk mengatasi kendala cuaca. Kami berharap ke depan Jatim bisa swa sembada garam dan memenuhi kebutuhan garam nasional. Kita ini kan negara kepulauan yang dikelilingi laut dan otomatis banyak pantainya. Masak kita harus import garam dari Australia? Padahal, waktu masih kecil, saya ingat disekolah dijelaskan bahwa kita punya pulau penghasil garam yaitu Pulau Madura,” tutur politisi PKB asal Tulungagung itu, Senin (8/5).

Sementara itu, Kepala Diskanla Jatim, Heru Tjahjono mengungkapkan anjloknya produksi garam di tahun lalu menjadi salah satu pelajaran penting pihaknya untuk menciptakan inovasi baru. Bagaimana tidak, produksi garam di 2016 silam anjlok lebih dari sembilan puluh persen dari tahun sebelumnya.

Heru menjelaskan, pada tahun 2015 lalu, produksi garam di Jatim bisa mencapai 1,1 juta ton. Bukan hanya surplus sekitar 950 ribu ton, dengan produksi sebanyak itu, Jatim dapat menyokong hingga sepertiga dari total konsumsi garam di tingkat nasional sebesar 3,4 juta ton.

Berbeda halnya dengan produksi garam pada tahun 2016 lalu. Selama setahun, Jatim hanya bisa memproduksi garam sebesar 98 ribu ton. Bahkan, untuk menutup defisit penggunaan garam, Jatim sampai harus melakukan impor.

Mantan Bupati Tulungagung dua periode ini mengakui salah satu alasan terbesar buruknya produksi garam di Jatim disebabkan cuaca yang didominasi oleh musim penghujan atau kemarau basah. Akibatnya hujan, petani enggan memproduksi garam.

Lihat juga video 'SNG Cargo: Warna Baru Industri Logistik di Indonesia':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO