BLH Bojonegoro Minta EMCL Pasang Penanda Arah Angin di Dekat Lokasi Flare

BLH Bojonegoro Minta EMCL Pasang Penanda Arah Angin di Dekat Lokasi Flare Kepala BLH Bojonegoro, Elzadeba Agustina didampingi Sekretaris BLH Agus Haryana, Kepala Bidang Laboratorium, Hari Susanto serta sejumlah direksi EMCL saat berada di dekat lokasi flare proyek migas Banyu Urip Blok Cepu. foto: EKY NURHADI/ BANGSAONLINE

BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Pasca munculnya bau busuk dari proyek migas Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu di Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro beberapa hari kemarin, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bojonegoro melakukan pemantauan di lokasi tersebut. Kepala BLH, Elzadeba Agustina bersama sekretaris dan timnya juga sempat menanyai beberapa warga yang menjadi korban bau tidak sedap tersebut.

"Kita ingin melihat langsung dan ingin mengetahui fakta sebenarnya," ujar Elza pada Kamis (22/12).

Menurut Elza, kejadian pada 18 Desember lalu itu perlu dicermati dengan sikap netral dan bijak. Dari pemantauan yang dilakukannya itu, dia melihat beberapa hal yang harus diteliti lebih lanjut. "Kalau dilihat dari parameter yang ada, saya rasa sudah bagus. Saya lihat di sini sudah ada alat pendeteksi gas dan tim medis yang siaga 24 jam sejak November lalu," ungkapnya.

Elza menilai alat yang ada sudah bagus dan berfungsi dengan baik. Namun dia menyarankan ExxonMobil Cepu Limited () untuk memasang penanda arah angin seperti windshock. "Walaupun jarak dari flare ke sini hampir 2 km, tapi kita juga harus tau arah anginnya ke mana, karena kan gas itu dibawa angin. Apalagi H2S itu massa jenisnya berat, belum tentu sampai ke sini," paparnya.

Dalam kesempatan tersebut, Elza didampingi oleh Sekretaris BLH Agus Haryana, Kepala Bidang Laboratorium, Hari Susanto dan beberapa stafnya. Dia bersama tim menanyai beberapa warga yang kebetulan hadir di dekat Balai Desa.

"Pernyataannya beda-beda, tapi mereka pada saat kejadian tidak mencium bau seperti telur busuk. Hanya bau seperti elpiji. Indikasi apakah itu H2S atau bukan, perlu dikaji lagi. Karena karakteristiknya berbeda," ujar Hari Susanto menambahkan.

Sementara itu, Camat Gayam, Hartono mengatakan, warga yang mendapat perawatan harus diperiksa secara komprehensif. Menurutnya, pemeriksaan laboratorium secara detail perlu dilakukan untuk melihat masalah ini sebagai sesuatu yang nyata. "Kalau perlu, mereka dibawa ke Surabaya," tukasnya.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO