
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Tampaknya Jawa Timur akan mengalami perubahan peta politik besar-besaran. Hasil survei The Republic Institute terbaru menunjukkan bahwa Partai Gerindra menggeser posisi PKB dan PDIP, dua partai besar yang selalu tampil sebagai pemenang pemilu di Jawa Timur.
“Gerindra menempati peringkat pertama elektabilitas dengan dukungan sebesar 17,7%, mengungguli PKB (16,5%) dan PDIP (14,6%),” kata Dr Sufyanto, peneliti utama The Republic Institute, kepada BANGSAONLINE, Jumat (25/7/2025) malam.
Ini berarti Gerindra bakal menjadi partai pemenang pemilu di Jawa Timur pada 2029.
Menurut dia, kenaikan elektabilitas Gerindra dipengaruhi oleh sejumlah variabel strategis.
“Pertama, banyak kader Gerindra yang berhasil memenangkan kontestasi Pilkada 2024 di sejumlah kabupaten dan kota di Jawa Timur,” tutur Sufyanto.
Kedua, ungkap Sufyanto, efek elektoral dari Presiden Prabowo Subianto masih kuat terasa, terutama pasca pelantikannya dan gebrakan awal dalam program-program pertahanan, pangan, dan bantuan sosial.
Ketiga, kinerja anggota legislatif Gerindra di tingkat DPR RI dan DPRD Jatim dinilai aktif dan responsif oleh konstituen.
Yang menarik, Partai Amanat Nasional (PAN) juga mengalami lonjakan elektabilitas signifikan. “PAN menempati posisi kelima dengan 7,6%, naik dari posisi tengah ke papan atas,” ujar M. Izzudin Ma’ruf, peneliti The Republic Institute.
Menurut dia, kenaikan PAN banyak ditopang oleh persepsi publik terhadap keberhasilan kebijakan pangan yang diinisiasi pemerintah pusat, khususnya melalui peran kader PAN di Kementerian Koordinator bidang Pangan.
Masih menurut Izzudin Ma’ruf, kebijakan yang berdampak langsung pada kesejahteraan petani karena naiknya harga jual panen petani dan stabilitas harga bahan pokok.
“Ini mendapat apresiasi tinggi dari masyarakat pedesaan dan urban Jawa Timur. Kombinasi kinerja struktural dan kerja lapangan yang dilakukan oleh kader-kader PAN di tingkat nasional sampai tingkat daerah ini menguatkan daya tarik PAN, terutama di kalangan petani, nelayan, dan pelaku UMKM pedesaan,” tambah Izzudin Ma’ruf.
Otomatis kenaikan elektabiltas Gerindra dan PAN itu menggerus suara dua partai besar di Jawa Timur yakni PKB dan PDIP.
“PKB mengalami penurunan elektabilitas yang cukup signifikan. PKB, yang sebelumnya menjadi partai dominan di basis Nahdliyin Jawa Timur, mulai kehilangan daya tarik pasca kekalahan beberapa kadernya dalam Pilkada 2024 dan fragmentasi suara pesantren,” katanya.
Menurut Izzudin, elektabilitas PKB kini berada di angka 16,5%, sedikit di bawah Gerindra.
“PDIP juga mengalami kemunduran elektoral ke angka 14,6%, terutama akibat pengaruh politik nasional pasca Pemilu Presiden serta kekecewaan sebagian konstituen terhadap kinerja elite partai dan kegagalan memenangkan banyak kontestasi kepala daerah,” tuturnya.
Lalu bagaimana dengan Partai Golkar? Ternyata partai warisan Orde Baru itu bertahan di angka 9,1%.
“Relatif stabil dengan kekuatan struktural partai dan tokoh-tokoh lokal yang masih berpengaruh di beberapa kabupaten dan kota,” kata Sufyanto.
Sementara partai lain mengalami stagnasi. “NasDem (7,0%), Demokrat (6,7%), dan PKS (5,0%) masih menunjukkan eksistensi, namun belum mencatat lompatan elektoral signifikan,” ujarnya.
Yang memprihatinkan justru PPP. Partai bergambar kakbah itu hanya meraih 3,5%.
“Ini menunjukkan bahwa basis tradisional partai ini terus tergerus dan belum pulih dari kekalahan di berbagai daerah,” tuturnya.
Sementara publik yang belum menentukan pilihan (TT/TJ) masih mencapai 10,2%. Ini menandakan adanya ruang kontestasi terbuka yang masih bisa dioptimalkan menjelang Pemilu 2029.
Menurut Sufyanto, survei ini mewancarai 2.200 responden yang tersebar di seluruh 11 daerah pemilihan (dapil) DPR RI di Provinsi Jawa Timur. Survei dilaksanakan selama sepekan, yaitu pada tanggal 14 hingga 20 Juli 2025. Dengan jumlah tersebut, survei ini memiliki margin of error sebesar ± 2,1% pada tingkat kepercayaan 95 persen.