Buku Pemikiran Pendidikan KH. Hasyim Asy'ari Dibedah di STIT-UW Jombang

Buku Pemikiran Pendidikan KH. Hasyim Asy Mukani saat bedah buku di kampus STIT Al-Urwatul Wutsqo Bulurejo, Kabupaten Jombang, Minggu (22/5).

JOMBANG, BANGSAONLINE.com – Untuk mempelajari pemikiran KH. Hasyim Asy'ari tentang pendidikan, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Urwatul Wutsqa (STIT-UW) Jombang membedah buku berjudul "Berguru Ke Sang Kiai, Pemikiran Pendidikan KH. M. Hasyim Asy’ari", Minggu (22/05). Hadir sebagai narasumber adalah penulis buku tersebut Mukani, anggota dewan pendidikan Kabupaten Jombang Afairur Ramadlan dan Puket 1 STIT-UW Chumaidah.

Saat memaparkan materi, penulis buku dengan gamblang menjelaskan berbagai temuan penelitiannya tentang pemikiran pendidikan pendiri Nahdlatul Ulama tersebut. “Karena sebenarnya buku yang baru terbit tahun ini, ini adalah riset dari tesis saya tahun 2005 silam di Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya,” kata Mukani.

Dosen STAI Darussalam Krempyang Nganjuk ini juga mengungkapkan bahwa berbagai pemikiran pendidikan yang digagas Kiai Hasyim masih sangat relevan untuk diaplikasikan pada dunia modern seperti sekarang. “Meski langkah teknis operasionalnya perlu dijabarkan lagi,” ucapnya.

Untuk itu, lanjutnya, pemikiran yang dibahas di buku ini menjadi sebuah referensi penting bagi para pengelola, pengambil kebijakan dan pelaksana dunia pendidikan di Indonesia. “Terlebih bagi organisasi sebesar NU, buku ini hadir sebagai galian cerdas tentang konsep pendidikan yang sudah digagas hadratussyaikh Mbah Hasyim puluhan tahun silam,” paparnya.

Sikap jujur dari pendidik sebagai contoh. Kiai Hasyim sudah mendorong agar seorang pendidik melaksanakan profesinya mendidik anak bangsa secara jujur. Ini mengingat terkait erat dengan keberkahan ilmu yang diperoleh peserta didik.

“Namun apa yang terjadi dengan dunia pendidikan kita sekarang, tidak hanya pada pendidikan dasar dan menengah, di perguruan tinggi pun praktek-praktek tidak terpuji dilakukan oleh oknum, baik bernama guru ataupun dosen,” ujarnya.

Pada level peserta didik, fenomena yang terjadi sekarang juga sudah jauh dari nilai-nilai karakter yang digariskan Kiai Hasyim. “Meski banyak yang baik, peserta didik saat ini tidak ubahnya mesin-mesin produksi yang akan berjalan untuk mencari ijasah, bukan kompetensi,” katanya.

Kondisi ini tidak jauh beda pada aspek kurikulum. Kiai Hasyim sudah menegaskan bahwa pendidikan hendak membentuk generasi yang baik dan cerdas. “Namun, seolah kurikulum yang beredar di pasaran sekarang belum mampu menyentuh kedua substansi ini, masih berkutat pada kulitnya saja,” ujarnya. Sehingga, lanjutnya, dunia pendidikan Indonesia masih berjalan di tempat. Masih ketinggalan dengan negara-negara tetangga.

Mukani juga mengkritik budaya literasi yang masih lemah. “Orang Indonesia dalam sehari itu menulis hanya satu persen dari jumlah waktunya, sisanya lebih kepada budaya tutur,” ungkapnya.

Padahal Kiai Hasyim sudah memberi contoh konkret dengan banyak menulis. “Selain 23 karya tulis yang dijadikan sumber primer dalam buku ini, masih ada beberapa karya Kiai Hasyim yang sekarang masih proses ketik ulang untuk segera diterbitkan,“ paparnya.

“Sebenarnya masih banyak hal yang perlu dibenahi dengan dunia pendidikan kita, dan itu akan dimulai dari diri kita sendiri untuk memulai revolusi mental agar mutu generasi bangsa ini bisa meningkat,” imbuhnya.

“Kita patut belajar banyak kepada Kiai Hasyim, karena di bawah tekanan bangsa kolonial, kakek Gus Dur ini mampu meninggalkan banyak warisan terpendam bagi kemajuan pendidikan,” ucapnya.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO