Raih Sertifikat ISO dan Pecahkan MURI, Klinik Muslimat NU itu Rumah Kiai Saifuddin Zuhri

Raih Sertifikat ISO dan Pecahkan MURI, Klinik Muslimat NU itu Rumah Kiai Saifuddin Zuhri Acara tasyakuran atas dianugerahkannya ISO 9001 dan penghargaan dari MURI kepada Klinik Hemodialis Muslimat NU Cipta Husada, Ahad (10/1/2016). foto: BANGSAONLINE

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengungkapkan rasa syukur karena rumah milik orang tuanya yaitu KH Saifuddin Zahri yang dihadiahkan ke NU yang kemudian dijadikan Klinik Hemodialisis NU telah berkembang pesat dalam melayani masyarakat.

Klinik Cipta Husada I yang terletak di kawasan elit jalan Hang Tuah I no 12 Kebayoran Jakarta Selatan itu bahkan kini mendapat penghargaan internasional yakni sertifikat ISO 9001 dan penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai klinik swasta pertama yang mendapat ISO 9001.

"Saya mewakili keluarga Saifuddin Zuhri mengucapkan terima kasih kepada semua para pendiri dan penerus klinik ini sehingga bisa maju dan bertaraf internasional," kata Menag Lukman Saifuddin dalam tasyakuran atas penganugrahan ISO 9001 dan MURI di halaman Klinik Cipta Husada, Jalan Hang Tuah 1 no 12 Kebayoran Jakarta Selatan, Ahad (10/1/2016).

Hadir dalam acara tasyakuran itu Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Ir Salahuddin Wahid, dr Umar Wahid, Nyai Hajjah Aisah Baidlowi, Nyai Hajjah Lilik Wahid, dan Nyai Farida Salahuddin Wahid selaku ketua Klinik Hemodialisis NU Cipta Husada. Klinik Hemodialisis adalah pelayanan cuci darah di luar rumah sakit.

Hadir juga Direktur Pelayanan BPJS Fajriadnur dan pejabat dari dinas Kesehatan DKI Jakarta.

Lukman bercerita sejarah klinik yang berasal dari hadiah ayahandanya itu. "Saat itu tahun 1966 bertepatan dengan hari Ulang Tahun NU ke-40, ayah saya Saifuddin Zuhri mendatangi Kiai Idham Chalid sebagai ketua umum PBNU," kisahnya.

Kiai Saifuddin menyampaikan bahwa rumah miliknya yang terletak di Jalan Hang Tuah itu mau dihadiahkan kepada NU. Namun ternyata respon Kiai Idham Cholid tidak seperti yang diharapkan. Kiai Idham diam dan bahkan sempat hening beberapa saat. "Saya mengharapkan sumbangan dari orang lain, bukan dari sampean," kata Kiai Idham kemudian.

Kiai Saifuddin menimpali, "Kalau dari orang lain tidak ada, kan saya juga bisa jadi orang lain.". Kiai Idham belum bisa menerima karena kondisi ekonomi Kiai Saifuddin Zuhri saat itu dianggap tak layak menghadiahkan rumah kepada NU. Apalagi anak Kiai Saifuddin Zuhri berjumlah 10 orang yang masih kecil-kecil.

"Yang tertua berumur 20 tahun dan yang paling kecil beumur 4 tahun," tutur Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pada bangsaonline.com dan HARIAN BANGSA.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO