Ning Lia Minta Polri Kedepankan Pendekatan Humanis dalam Penanganan Aksi

Ning Lia Minta Polri Kedepankan Pendekatan Humanis dalam Penanganan Aksi Anggota DPD RI asal Jawa TImur, Lia Istifhama atau yang akrab disapa Ning Lia.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Lia Istifhama atau yang akrab disapa Ning Lia, menyerukan agar kepolisian mengedepankan pendekatan humanis dan prosedural dalam menangani peserta aksi demonstrasi di berbagai daerah. 

Pernyataan tersebut disampaikan menyusul meningkatnya jumlah pendemo yang terdiri dari berbagai kalangan, termasuk anak-anak dan remaja.

“Saya berharap semua peserta aksi, baik orang dewasa maupun anak-anak, tetap mendapat perlakuan yang baik. Kepolisian harus selalu mengedepankan pendekatan humanis,” kata Ning Lia pada pada Selasa (2/9/2025).

Ia menaruh perhatian khusus pada kelompok muda yang ikut serta dalam aksi, karena dinilai sebagai kelompok rentan yang membutuhkan perlakuan berbeda. Menurut dia, anak-anak dan remaja harus dilindungi dari potensi trauma akibat demonstrasi.

“Jangan sampai anak-anak atau remaja yang ikut aksi justru mendapatkan trauma. Mereka adalah generasi penerus bangsa, jadi harus dilindungi dan diarahkan dengan bijak,” ucap putri ulama kharismatik KH Maskur Hasyim itu.

Ning Lia juga mendorong agar kepolisian memperkuat koordinasi lintas sektor, termasuk dengan dinas sosial, psikolog, tokoh masyarakat, dan lembaga pendidikan. Tujuannya agar penanganan terhadap anak dan pemuda tidak hanya berfokus pada keamanan, tetapi juga mencakup edukasi dan pembinaan.

Ia beranggapan, Polri harus menjalankan peran sebagai pengayom masyarakat, bukan sekadar penegak hukum. Karena itu, sinergi antara aparat, pemerintah daerah, dan masyarakat sipil sangat penting untuk menjaga iklim demokrasi yang sehat di Jawa Timur.

“Momentum ini harus menjadi contoh bahwa keamanan bisa dijaga tanpa harus menekan hak-hak rakyat,” tuturnya.

Selain soal penanganan demonstrasi, Ning Lia menekankan pentingnya pembenahan sistem pendidikan. Ia menyoroti beban administrasi yang terlalu berat bagi guru dan dosen, yang berpotensi mengurangi waktu dan energi untuk mendidik secara optimal.

“Guru adalah orang tua kedua di sekolah. Jangan sampai energi mereka habis untuk administrasi. Kami mendorong pemerintah memberi ruang lebih besar bagi guru dan dosen untuk mendidik karakter dan mental generasi bangsa,” paparnya.

Ia menilai, perhatian terhadap pendidikan sangat relevan dengan visi Indonesia Emas 2045. Generasi muda yang terdidik, terlindungi, dan memiliki mental yang kuat diyakini akan menjadi penentu masa depan bangsa. (mdr/mar)