Pemkab Gresik Targetkan Angka Stunting Tinggal 10 Persen pada 2030

Pemkab Gresik Targetkan Angka Stunting Tinggal 10 Persen pada 2030 Wakil Bupati Gresik bersama sejumlah kepala OPD dalam sosialisasi Aksi Konvergensi Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting. Foto: Ist

GRESIK, BANGSAONLINE.com - Wakil Bupati Gresik, Asluchul Alif, menegaskan komitmen pemerintah daerah setempat dalam upaya percepatan penurunan angka stunting. 

Hal tersebut disampaikan saat Sosialisasi Aksi Konvergensi Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting (PPPS) Gresik 2025 di Aula Mandala Bhakti Praja, Senin (21/7/2025).

“Pada tahun 2030, kita upayakan stunting di Kabupaten Gresik bisa ditekan hingga satu digit. Ini bukan kerja satu atau dua pihak saja, tetapi perlu sinergi semua elemen,” ucap Alif. 

Pada tahun ini, ia menyatakan bahwa Pemkab Gresik menargetkan penurunan angka stunting secara signifikan. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, dari tingkat desa hingga kabupaten. 

Menurut dia, stunting bukan sekadar soal tinggi badan, namun berdampak pada perkembangan otak, kecerdasan, dan risiko penyakit kronis pada anak.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting nasional menurun dari 21,5 persen (2023) menjadi 19,8 persen (2024), sedangkan di Jawa Timur, angka stunting turun ke 14,7 persen. 

“Khusus Gresik, turun tipis dari 15,4 persen ke 15,2 persen. Penurunan ini tetap patut diapresiasi sebagai buah kerja bersama. Namun perjuangan belum selesai, kolaborasi harus terus diperkuat,” kata Alif.

Saat ini, Gresik menempati posisi 8 se-Jawa Timur dalam penanganan stunting. Sebagai wujud keseriusan, Wakil Bupati Gresik mengaku turut terjun langsung dalam kegiatan mini lokakarya di sejumlah kecamatan. 

“Saya turun langsung untuk memastikan intervensi dilakukan tepat sasaran. Pendekatan kita harus kolaboratif dan berbasis data,” tuturnya.

Gresik telah menjalankan sejumlah program unggulan, di antaranya GUS (Gresik Urus Stunting) yang dikelola Dinas Kesehatan, dan Detak Keris (Deteksi, Tanggulangi, Kurangi Keluarga Risiko Stunting) oleh Dinas KBPPA. Keduanya direncanakan akan terintegrasi guna memperkuat monitoring dan evaluasi.

Selain itu, pendekatan berbasis masyarakat juga diterapkan melalui program Yanda Bunda, yakni Orang Tua Asuh bagi anak-anak terdampak stunting. 

“Semua pihak konsen, semua pihak bergerak. Mulai dari perangkat desa, kader kesehatan, hingga OPD teknis. Ini momentum menyatukan langkah demi generasi emas Gresik yang sehat dan berkualitas,” urai Alif. (hud/mar)