Peringati HTN, PMII Bojonegoro Gelar Unjuk Rasa, Anggap Program Seribu Embung Gagal

Peringati HTN, PMII Bojonegoro Gelar Unjuk Rasa, Anggap Program Seribu Embung Gagal TUNTUT: Puluhan mahasiswa saat di gedung DPRD Bojonegoro. Mahasiswa menuntut pengoptimalan air Bengawan Solo untuk pertanian. Foto: Eky Nurhadi/BANGSAONLINE

BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Puluhan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Bojonegoro menggelar aksi unjuk rasa dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional (HTN), Jumat (25/9).

Massa PMII menyoroti program pemerintah setempat khususnya di bidang pertanian. Misalnya, program seribu embung yang kini sudah dibangun hampir 330 yang tersebar di sejumlah wilayah di Bojonegoro. Embung itu digadang-gadang akan mampu memenuhi kebutuhan pertanian selama musim kemarau seperti yang terjadi saat ini. Namun, kenyataannya saat ini embung itu sudah kering kerontang tak ada airnya.

"Kita menyoroti program pemerintah yang gagal (embung,red)," ujar koordinator aksi, Adi Nugroho di Bundaran Adipura.

Kurang lebih sebanyak empat puluh mahasiswa yang tergabung dari beberapa kampus di kota Ledre itu mengawali aksinya di Bundaran Adipura. Usai menggelar orasi di bundaran Adipura, mereka melanjutkan aksi ke gedung DPRD Bojonegoro. Selama berjalan menyusuri Jalan Diponegoro dan Trunojoyo, para aktivis juga terus berorasi.

Di gedung DPRD, mereka mempertanyakan program dan hasil-hasil pembangunan Pemkab Bojonegoro terkait infrastruktur pertanian kepada wakil rakyat. Mereka mengatakan bahwa eberapa program pemkab seperti embung, saluran pengairan, dan HIPA, pada saat musim kemarau tahun ini tidak berfungsi, sehingga para petani tidak bisa melakukan tanam dengan baik.

Menurut ketua PMII Bojonegoro, Dhili Nasrullah, tahun ini terjadi penurunan tingkat kesejahteraan khususnya para petani di Bojonegoro. Hal ini disebabkan, tidak tertatanya dengan baik sistem pertanian, sehingga para petani yang menjadi korban.

"Saat ini permasalahan air yang menjadi persoalan harus segera terpecahkan. Banyak para petani yang membiarkan sawahnya kering tanpa ditanami apapun, karena sulitnya mencari sumber air," ujarnya.

Sementara salah satu anggota Dewan, Choirul Anam yang menemui pengunjuk rasa mengaku sudah menampung aspirasi mahasiswa. Dia mengatakan akan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk mengantisi kekeringan pertanian. "Tahun depan mudah-mudahan sudah terkelola dengan baik, sehingga para petani bisa bertanam dan sejahtera," katanya di hadapan mahasiswa. (nur/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO