DKI Dikepung Polusi, DLH Jatim: Kualitas Udara Jatim Tergolong Baik

DKI Dikepung Polusi, DLH Jatim: Kualitas Udara Jatim Tergolong Baik Ir. Dra. Aju Mustika Dewi, MM (kanan, berkacamata), Elmi Sumiyarsono, S.T., M.T (nomor dua dari kanan), dan Anjarwati (kiri tengah) saat diwawancarai Mohammad Sulthon Negara (paling kiri), wartawan BANGSAONLINE di kantor DLH Provinsi Jawa Timur, Senin (29/9/2023). Foto: BANGSAONLINE.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Sudah satu pekan ASN di Jakarta melakukan WFH (Work From Home), namun pencemaran udara Ibu Kota belum mengalami penurunan.

Menaggapi hal itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Timur melakukan antisipasi agar hal serupa tidak terjadi di provinsi yang dipimpin Gubernur Khofifah Indar Parawansa itu.

Ir. Dra. Aju Mustika Dewi, MM, Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) bersyukur karena udara di Jawa Timur masih tergolong baik. 

Aju Mustika Dewi menjelaskan bahwa pencemaran udara yang ramai diperbincangkan saat ini adalah polusi udara particulate matter (PM2.5) yang berukuran sangat kecil yaitu 2.5 mikrometer.

“Jadi besaran perumpamaannya seperti 1 helai rambut yang dibagi lima, lalu seperlima lagi dibagi menjadi empat. Jadi sangat kecil sekali. Itu sangat bahaya untuk masuk di tubuh manusia, ” ujar Ir. Dra. Aju Mustika Dewi, MM saat diwawancarai BANGSAONLINE di kantornya, DLH Provinsi Jawa Timur, Senin (28/08/2023).

Saat diwawancarai Ir. Dra. Aju Mustika Dewi, MM didampingi  Elmi Sumiyarsono, S.T., M.T, Plh. Kasubag Umum dan Kepegawaian DLH Provinsi Jatim dan Anjarwati, Pengendali Dampak Lingkungan Ahli Muda. 

Menurut Aju Mustika Dewi, PM2.5 merupakan partikel yang berasal dari pembakaran dan non pembakaran. Contohnya seperti dari letusan gunung, pembakaran sisa BBM, aktivitas pembakaran dari limbah pertanian. Namun Aju Mustika (dibaca Ayu Musika) menjelaskan bahwa di Jawa Tmur sudah tidak ada lagi pembakaran ilegal.

“Insyaallah di Jawa Timur tidak ada lagi karena sudah ada tim Karhutla. Sekitar dua sampai tiga tahun ini tidak ada pembakaran hutan,” imbuhnya.

Aju Mustika Dewi juga menegaskan bahwa penyumbang pencemaran udara banyak jenisnya, namun yang terbanyak karena meningkatnya kendaraan bermotor. 

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO