Gubernur Pingsan, ​Temperatur Titik Nol IKN 32, Tapi Serasa 49, Perlu Hutan Baru

Gubernur Pingsan, ​Temperatur Titik Nol IKN 32, Tapi Serasa 49, Perlu Hutan Baru Dahlan Iskan di Titik Nol IKN. Foto: disway

Para calon penghuni IKN sudah harus terbiasa dengan panas jenis ini. Itulah sebabnya IKN juga harus membangun hutan baru: yang rimbunnya bisa menyerap sebagian panas jenis itu.

Hutan yang sekarang tidak memadai. Yang pohon-pohonnya lurus daunnya jarang.

Titik Nol ini berada di tebing sebuah bukit pendek. Ukuran bukitnya hanya 30. Itu pun bukan di bagian putingnya. Posisi puting itu sendiri sudah diratakan. Sudah jadi lapangan kecil yang bisa untuk parkir sekitar 30 kendaraan.

Mobil saya juga diparkir di situ. Lalu kami menuruni 41 anak tangga permanen. Itulah anak tangga ke plaza kecil di tebing itu. Saya membuat video di situ: untuk IG. Ada tulisan besar TITIK NOL. Yang ikonic. Bisa jadi latar belakang foto.

Di tebing antara plaza dan lapangan parkir itulah bibit-bibit pohon baru ditanam. Yang melakukannya para gubernur se Indonesia. Dengan jenis tanaman berbeda. Sesuai dengan keunggulan daerah masing-masing.

Saya tidak mendaki ke tebing itu: takut mengganggu tanaman baru yang masih sensi. Akibatnya saya tidak tahu: gubernur mana, menanam apa, di sebelah siapa.

Dengan tidak mendekat saya justru bersyukur: tidak perlu tahu apakah ada tanaman yang mati. Atau yang tumbuh malas-malasan. Saya tidak bisa membayangkan besarnya isu politik yang akan muncul: kalau yang mati itu yang ditanam oleh gubernur yang lagi dicintai sekaligus dibenci.

Menurut pengamatan saya, dari jauh, semua bibit itu tumbuh dengan baik. Beberapa di antaranya masih dilindungi jaring hitam untuk mengurangi sengatan matahari IKN.

Dari kejauhan itu saya melihat mayoritas seperti tanaman durian. Atau itu hanya halu saya saja. Yang sudah sebulan tidak punya kesempatan makan durian. Dan baru kemarin, ketika di Singapura ini, saya makan durian.

Hemmm, durian! Akan ada durian IKN dari Jambi. Kalau tidak salah.

Penanda Titik Nol itu sendiri, Anda sudah tahu: patok beton di tengah plaza kecil. Patok pendek. Tidak sampai setengah meter.

Di plaza inilah, hari itu, seluruh gubernur menyerahkan oleh-oleh khusus kepada Presiden Jokowi: tanah dan air dari provinsi masing-masing. Untuk dicampur ke dalam satu bejana besar. Menjadi oplosan tanah-air Indonesia.

Bejana itu sendiri tidak lagi di plaza itu. Ia sudah dipindahkan ke lokasi sekitar 25 meter dari situ. Sudah ditanam. Dengan penanda seperti beton segi empat. Dua x dua meter. Setinggi setengah meter dari tanah.

Posisi ''tanah-air'' Indonesia itu lebih dekat dari lapangan parkir di puting bukit yang sudah diratakan tadi.

Berarti letak Titik Nol ini dekat sekali dengan jalan raya utama jurusan Samarinda-Banjarmasin. Tidak sampai1 km.

Bukan di sebuah pedalaman yang jauh dari mana-mana.

Sebelum meninggalkan Titik Nol saya pun berpikir: saya juga harus menyumbangkan sesuatu di Titik Nol. Biar pun saya bukan gubernur. Maka saya cari toilet temporer di dekat parkir itu: saya menyumbang air dari bagian tubuh saya yang paling vital di situ. (Dahlan Iskan)

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Minta Pemindahan Ibu Kota Negara Ditunda, Ini Alasan Prof Kiai Asep Saifuddin Chalim':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO