Garuda Punya Utang ke Pertamina Rp 12 Triliun, Kok Terus Dikirim BBM, Ada Apa

Garuda Punya Utang ke Pertamina Rp 12 Triliun, Kok Terus Dikirim BBM, Ada Apa Dahlan Iskan

Peraturan pajak sebenarnya juga melarang sebuah perusahaan memberi utang ke perusahaan lain seperti itu. bukan lembaga keuangan yang boleh memberi pinjaman.

Maka bila Rp 12 triliun itu mewujud di dalam laba , berarti juga harus membayar pajak penghasilannya. Kalau besarnya pajak itu 30 persen, berarti harus membayar pajak laba yang masih nyangkut itu sekitar Rp 3 triliun. Betapa ruginya di transaksinya dengan Garuda itu. Atau menjual bahan bakar ke Garuda dengan harga lebih mahal –memasukkan risiko ke dalam harga?

Tentu hanya dan Garuda yang tahu.

Tapi mengapa terus mengirim bahan bakar ke Garuda?

Dugaan saya: ada perintah dari pemegang saham, pemerintah.

Kalau betul seperti itu, sebagai perusahaan, tentu minta perintah tertulis. Tidak mungkin perintah lisan. Ini akan menjadi bagian dari dokumen keuangan.

Kalau dokumen perintah itu ada di tangan , tentu itu baik bagi . Misalkan, Garuda pada akhirnya ditutup. Berarti Garuda tidak bisa membayar utang Rp 12 triliun itu. mungkin bisa menggunakan dokumen perintah tersebut untuk menagih langsung ke pemerintah.

Tentu tidak harus menerima uang kontan. Bisa saja dalam bentuk potongan dividen. Artinya: dianggap sudah setor dividen senilai piutang yang ada dokumennya itu.

Soal bahan bakar itulah, menurut pendapat saya, salah satu pertimbangan mengapa nama Pelita muncul sebagai calon pengganti Garuda.

Pelita adalah anak perusahaan . Pesawat yang dimilikinya kecil-kecil. Hanya untuk ke daerah-daerah penghasil minyak.

Tentu Pelita akan cari sewaan banyak pesawat. Pelita bisa mencari pesawat yang sewanya tidak dititipi kepentingan pencari komisi.

Kalau pun kelak terus mengirim bahan bakar ke Pelita, perhitungan akuntansinya lebih mudah. Piutang ke Pelita akan bisa langsung diputuskan di RUPS sebagai tambahan setoran modal. Itu yang tidak mungkin dilakukan terhadap Garuda.

Dengan mengubah Pelita menjadi ”Garuda baru” persoalan manajemen lebih mudah. Tidak punya beban masa lalu. Saat ini Pelita masih sangat langsing. Bisa cari pesawat yang lebih murah. Bisa cari tenaga yang lebih selektif. Asal penyakit lama Garuda tidak terulang di Pelita.

Catatan besarnya hanya satu: menjadi punya anak perusahaan penerbangan besar. Dengan risiko besar. Padahal baru saja di reorganisasi. Tiba-tiba saja harus punya anak perusahaan skala raksasa –di luar rencana. (Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Kilang Minyak Pertamina Terbakar, 5 Luka Berat, 15 Luka Ringan, Ini Suara Greepeace':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO