Baru 4 Bulan Jualan, Rendang Jamur Warga Kediri Tembus Mancanegara, Omzet Capai Belasan Juta Rupiah

Baru 4 Bulan Jualan, Rendang Jamur Warga Kediri Tembus Mancanegara, Omzet Capai Belasan Juta Rupiah Wilujeng saat mengemas rendang jamurnya. foto: ist.

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Masa pandemi memang berdampak ke semua lini kehidupan. Namun siapa sangka, justru di masa pandemi ini Wilujeng Dwi Ratna Ningtiyas (30) berhasil mengembangkan bisnis jamur.

Usaha yang digeluti warga Desa Putih, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, sejak bulan Maret 2021 lalu ini ternyata telah banyak diminati pasar luar negeri.

Melimpahnya produk di wilayahnya membuat Ajeng-sapaan Wilujeng yang juga seorang vegetarian ini tertarik memproduksi yang berbahan non daging. Apalagi, selama ini masih sedikit masyarakat di sekitarnya yang mengolah .

Ia memilih coklat sebagai bahan karena memiliki tekstur yang mirip dengan daging. Makanan ini cocok bagi para vegan yang ingin menikmati masakan tanpa daging.

Pembuatan ini sangat mudah, namun proses memasaknya membutuhkan waktu hingga 8 jam. Pertama, dipotong dan disuwir, kemudian direbus sekitar 5 menit dan ditiriskan hingga benar-benar mengering.

Setelah itu, jamur dimasak menggunakan resep tradisional di dalam sebuah wajan. Setelah semuanya tercampur, adonan diaduk dan dimasak hingga 8 jam sampai bumbu meresap sempurna.

“Kebanyakan yang dijual menggunakan daging, baik sapi, ayam, atau ikan. Karena saya sedang merambah ke vegan, jadi ingin membuat produk yang bisa dikonsumsi vegan. Selain itu, harga jamur juga lebih murah dibandingkan daging,” kata Ajeng, Kamis (17/6).

Sejak tiga bulan memproduksi, Ajeng telah menghabiskan 90 kilogram yang dibeli di petani seharga Rp 25 ribu per kilogram. Rendang jamur buatannya dijual dalam kemasan 100 gram dengan 3 varian rasa, yaitu original, pedas, dan super pedas.

Harganya pun cukup terjangkau, yakni berkisar Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu. Produk ini bisa bertahan 2 minggu di suhu ruangan, dan bertahan 6 bulan jika disimpan dalam freezer.

Saat ini, permintaan jamur datang dari Jakarta, Sumatra, Kalimantan, hingga Sorong Papua. Memanfaatkan media online, pemasaran jamur ini juga menjangkau pasar mancanegara seperti Cina, Makau, Kanada, Turki, Mesir, Hongkong, dan Taiwan.

Hasilnya pun menjanjikan. Dalam sebulan, omzet usaha jamur ini bisa mencapai Rp 11 juta.

Menurut Ajeng, di Indonesia baru ada dua produsen jamur, yaitu dirinya dan produsen asal Tangerang. Ia bersyukur usahanya ini mampu menambah pendapatan di tengah sulitnya ekonomi akibat pandemi Covid-19. (uji/ian)

Lihat juga video 'Mulai dari 10 Ribu, Warung Omahe Dewe di Kediri Sediakan Masakan Khas Pedesaan':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO