Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
60. Wa-idz qaala muusaa lifataahu laa abrahu hattaa ablugha majma’a albahrayni aw amdhiya huqubaan
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut; atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun.”
TAFSIR AKTUAL
Dua tokoh utama pada surah al-kahf ini telah kita bahas, yakni tujuh pemuda goa (ashab al-kahf), representasi kawula pemuda yang gigih mempertahankan keimanannya di tengah-tengah tirani raja zalim. Kedua, konglomerat kafir bersama saudaranya yang beriman, representasi bidang ekonomi.
Mulai ayat ini, kita akan membahas tokoh nomor tiga, yaitu Musa A.S. dan Khadlir A.S., representasi dunia pendidkan yang kaya dengan panduan moral dan etika menuntut ilmu. Seperti hukuman, Musa A.S. yang congkak, lalu ditegur Tuhan agar mencari guru spiritual dengan susah payah, hingga butuh ditemani asisten demi memburu sang guru.
Al-kisah, Musa A.S. telah dianugerahi banyak kelebihan dan kebajikan yang tidak dimiliki oleh siapa pun sejawatnya. Musa dipilih Allah SWT sebagai nabi langsung via Kalam-Nya, sehingga berjuluk “kalimullah”. Dianugerahi kitab suci al-Taurah sebagai buku panduan membimbing umat menuju hidup berstandar Tuhan.
Lalu dibekali mukjizat yang amat menakjubkan berupa tongkat sakti dan tangan bercahaya, sehingga membuat Fir’aun dan semua aparatnya tak berkutik dan berakhir tragis ditelan laut merah. Musa A.S. menjadi orang nomor satu di seantero Mesir, dielu-elukan dan dipuja karena membebaskan mereka dari penindasan yang menyakitkan.
Ya, tapi itu sudah berlalu dan Tuhan tidak menghendaki adanya romantisme historis yang berkepanjangan. Tugas utama belum berakhir, yakni terus berdakwah dan memberi bimbingan keimanan. Segera Tuhan memberi perintah, agar Musa A.S. memberi kuliah umum pada masyarakat Mesir di era baru yang baru saja dimulai.
Ceramah Musa A.S. begitu komprehensif dan memukau, sehingga seorang lelaki dari Bani Israel tak kuasa menahan kekagumannya, sehingga berdiri dan bertanya: ”.. tausiah tuan begitu menakjubkan wahI nabi Allah, semoga engkau diberkahi. Kiranya adakah di muka bumi ini orang lain yang lebih pinter dibanding tuan..?”.
Nabi Musa A.S. terkooptasi dengan sanjungan terhadap kebesaran dirinya hingga langsung menjawab dengan congkak: ”tidak ada, sayalah yang paling pinter”.
Mendengar jawaban itu, Tuhan langsung murka dan marah besar, kemudian memerintah Jibril A.S.: ”Wahai Jibril, kamu segera turun menemui Musa dan tegurlah. Bahwa sesungguhnya Allah SWT punya hamba yang lebih pandai dari padanya dan kini sedang bertempat di majma’al-bahrain”.
Klik Berita Selanjutnya