SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto, Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag. benar-benar peduli terhadap dampak Covid-19. Kiai miliarder tapi dermawan itu tidak hanya membagikan 400 ton beras dan 50.000 sarung serta uang, tapi juga mengambil kebijakan menaikkan semua siswa tanpa kecuali, akibat virus corona yang melanda bangsa Indonesia.
Loh, kenapa? “Kalau tidak naik ada dua hal. Pertama, mereka akan sedih karena tidak naik. Kedua, sedih karena biaya yang sudah dikeluarkan selama satu tahun. Nah, kesedihan ini akan menurunkan imunitas. Jangan sampai ini terjadi. Itu masalahnya,” kata Kiai Asep kepada BANGSAONLINE.COM usai istighatsah bersama siswa-siswi Sekolah Menengan Pertama (SMP) Unggulan Amanatul Ummah kelas VII dan VIII di Jalan Siwalankerto Utara, Surabaya, Sabtu (20/6/2020).
BACA JUGA:
- Sedekah Kiai Asep Turun Rp 5 Miliar, Dulu Rp 8 Miliar hingga Rp 10 Miliar, Kenapa
- 280 Santri Amanatul Ummah Lolos SNBP, 31 Siswa Diterima Kedokteran, Kuliah di Luar Negeri Beasiswa
- Bagikan 8.663 Paket Ramadhan, Gus Barra Cabup Jaringan Terluas dan Modal Sosial Terkuat
- Ngajar 17 Tahun, Guru ini tak Pernah Doakan Muridnya, Beda dengan Kiai Asep dan Syaikh Qadhi 'Iyadh
Namun, tegas Kiai Asep, mereka naik kelas harus melalui proses ujian sesuai kondisi Covid-19. Artinya, lewat ujian online. Tapi jika rumah siswa tak terjangkau internet, maka pihak sekolah harus mendatangi rumahnya.
“Kita harus mengalah. Kan tidak baik jika naik kelas tanpa pemrosesan,” tegas Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu.
Pagi hari tadi, Kiai Asep mengumpulkan siswa-siswi SMP Amanatul Ummah untuk istighatsah di alam terbuka di halaman SMP Amantul Ummah. Menurut Kiai Asep, istighatsah itu untuk membentengi para siswa secara spiritual.
Menurut Kiai Asep, ada tiga hal untuk membentengi para siswa dari Covid-19. Pertama, protokol Islam. “Protokol Islam itu bersih. Kita harus bersih. Mandi dua kali atau tiga kali. Tidak slendro, tidak melakukan hal yang tak penting seperti ngobrol. Tapi kalau untuk diskusi tak apa-apa,” katanya.
Kedua, protokol kesehatan. Yaitu pakai masker, menjaga jarak, makan dan minum yang bergisi untuk membangun imunitas tubuh. “Nanti semua siswa harus makan kecambah. Ya blenger, tapi untuk saat ini harus. Lalu telur, dan vitamin C,” kata Kiai Asep.
Kiai Asep juga menganjurkan para siswa-siswi selalu bawa hand sanitizer dan memakai face shield. Kiai Asep bahkan sempat minta salah seorang siswi yang memakai face shield berdiri untuk jadi contoh bagi siswa yang lain. “Berdiri nak. Ya seperti itu,” kata Kiai Asep.
Benteng ketiga, menurut Kiai Asep, adalah upaya spritual yaitu istighatsah. “Nanti istighatsah dua hari sekali,” kata Kiai Asep. Ia mengajak para siswa untuk membaca istighfar, lahaula wala quwwata illa billah dan laa ilaha illallah.
Menurut dia, istighfar itu akan menyebabkan gundah jadi senang, Allah SWT memberi jalan keluar, orang tua siswa menjadi gampang rezeki dan bahkan diberi rezeki secara tak terduga oleh Allah SWT.