Tafsir Al-Kahfi 8: Bumi Tandus dan Bumi Subur

Tafsir Al-Kahfi 8: Bumi Tandus dan Bumi Subur Ilustrasi.

Pertama, tamsilan teologis yang sarat makna, bahwa bumi subur dengan segala hiasannya adalah hidup di dunia yang penuh servis dan kemewahan. Semelarat apapun seseorang, masih saja ada yang bisa dimintai tolong. Selapar apapun seseorang, masih ada yang memberi makan. Sedahaga apapun seseorang, masih ada harapan memenukan air.

Sedangkan bumi tandus (sha'ida juruza) adalah tamsilan kehidupan akhirat nanti. Di mana seluruh penjuru yang dipandang adalah hampa, tiada air, dan tiada apa-apa. Masing-masing manusia mesti menerima balasan dari perbuatannya sendiri. Beruntung bagi yang shalih, dan petaka bagi yang durhaka. Tidak ada satu pun yang mau membantu, meski itu anak atau orang tua sendiri. Ya, karena semua butuh, karena semua sangat mengharap dikasihani.

Kedua, bahwa nasib orang di dunia itu tidak sama. Ada yang seperti tanah subur, punya rezeki banyak dan bermewah-mewahan, padahal dia hobi berdosa. Ya, tapi tanggungtawabnya di akhirat nanti sangat besar dan amat berat. Ada juga yang ditakdirkan seperti tanah tandus, rezekinya terbatas, tidak pernah merasakan kemewahan. Padahal dia sangat shalih. Tapi di akhirat nanti risikonya sangat sedikit dan ringan. Jika dia sabar dan ikhlas, maka pintu surga terbuka baginya.

Lihatlah orang yang bepergian jauh. Turis yang bodoh, maka segala perlengkapan, dari koper, tiket, dan lain-lain dibawa sendiri, segalanya diurus sendiri dengan susah payah, dan hasilnya sangat terbatas. Tidak sama dengan turis yang pintar, segalanya diserahkan kepada travel yang terpercaya. Dibayar lunas di rumah, dan bepergian sudah ada yang memandu. Di tempat wisata, semuanya sudah tersedia dan tinggal menikmati.

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO