Nisda, Bocah 8 Tahun ini Rawat Bapaknya Seorang Diri Akibat Mengidap Stroke

Nisda, Bocah 8 Tahun ini Rawat Bapaknya Seorang Diri Akibat Mengidap Stroke Nisda saat menunggui bapaknya, Tarmuji.

LAMONGAN, BANGSAONLINE.com - Usia yang masih anak-anak adalah waktu untuk bermain dan mendapatkan kasih sayang sepenuhnya dari orangtua. Namun, tidak bagi Nisda, bocah yang berusia 8 tahun ini harus menghabiskan masa bermainnya untuk menemani sang ayah.

Setiap hari Nisda, bocah yang masih duduk di bangku sekolah dasar kelas dua tersebut harus mengurus keperluan sang ayah. Kondisi seperti ini sudah ia lakukan sejak setahun lalu, pasca sang ibu meninggal dunia. "Bapak sakit dan ibu meninggal dunia," kata Nisda di kediamannya, Rabu (12/6).

Ayah Nisda yang bernama Tarmuji (48 tahun) sudah sejak tujuh tahun silam menderita penyakit stroke dan tidak bisa beraktivitas layaknya seorang ayah. Penyakit yang diderita semakin parah dan hampir membuat sekujur tubuh pria yang dahulunya berprofesi sebagai tukang servis elektronik, nyaris tidak bisa digerakkan. Sedangkan sang ibu sudah setahun ini meninggal dunia akibat penyakit komplikasi yang ia derita.

Nisda sendiri tinggal di kompleks perumahan Graha Indah Lamongan. Setiap harinya ia hanya menemani sang ayah yang lagi sakit dan jarang sekali bermain dengan rekan seusianya di komplek perumahan sebelah Timur Kota Lamongan itu. Karena tak bisa lagi bekerja, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Nisda dan sang ayah hanya bisa berharap belas kasihan dari para warga sekitar dan donatur. Biasanya para tetangga memberikan makan berupa nasi bungkus.

Lebih miris lagi, rumah yang mereka tempati kondisinya jika malam hari terlihat gelap. Hal itu dikarenakan pihak PLN sudah memutuskan aliran listrik ke rumah Nisda sejak 10 bulan terakhir. Alasannya, ayah Nisda tidak bisa membayar biaya tagihan listrik.

"Hanya ada lampu lima watt ini saja mas di teras rumah, kalau di kamar tidak ada. Lampu ini pun dikasih sama tetangga," kata Ayah Nisda.

Karena kondisi di dalam ruangan dan kamar rumah gelap, Nisda dan sang ayah terpaksa tidur di teras depan rumahnya. Tarmuji mengaku lebih memilih tidur di lantai teras rumah yang hanya beralaskan tikar karena di dalam rumah sering terganggu dengan banyaknya binatang tikus.

Sambil terbata, Tarmuji berharap agar pemerintah setempat bisa membantu kehidupannya, karena selama ini belum pernah mendapat perhatian dari pemerintah.

"Kalau boleh minta bantuan pengobatan dan uang buat biaya hidup sehari-hari, karena saya tidak bisa mencari nafkah untuk menghidupi anak saya karrna sakit yang saya derita," pungkasnya. (qom/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO