Tafsir Al-Isra' 49-51: Kalau Ogah Bertanggungjawab, Jadi Batu Saja

Tafsir Al-Isra Ilustrasi

Setelah orang-orang kafir mencemooh pribadi nabi Muhammad SAW, dikatakannya sebagai tukang ngibul, penyihir, dukun, pembual, dan lain-lain, ayat ini menunjukkan salah satu tanggapan mereka ketika dikabari, bahwa kelak manusia akan dibangkitkan kembali dari kuburan. "Waw, kalau begitu, pasti uenak tenan, kita akan kembali muda lagi". a-innaa lamab’uutsuuna khalqan jadiidaan.

Tanggapan mereka itu bukanlah tanggapan keimanan, melainkan sikap ingkar, penolakan, dan penghinaan terhadap informasi agama. Mereka berpikir praktis, bahwa, bagaimana mungkin jasad yang sudah hancur dan tulang belulang telah menjadi debu bisa dihidupkan kembali. Pengingkaran itu karena pendeknya daya nalar mereka dan tidak mau melihat awal mula ciptaan Tuhan.

Allah SWT bisa menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Tanpa bahan apa-apa, sesuatu dikehendaki dan dicipta, lalu ada sesuai rencana. Dulu manusia itu tidak ada, kemudian dicipta dan menjadi ada. Jika Tuhan bisa menjadikan sesuatu dari tidak ada menjadi ada, maka akan lebih mudah mencipta sesuatu dari yang sudah pernah ada menjadi ada kembali. Tinggal merepro saja.

Mereka bersikukuh untuk tetap tidak mengimani hari akhir, karena mereka sadar dan tidak siap menghadapi pengadilan Tuhan di sono. Di mana semua amal perbuatan manusia mesti harus dipertanggungjawabkan. Kemudian, mereka memilih hidup itu hanya di dunia saja. Berbuat seenaknya, lalu mati dan binasa, tanpa dibangkitkan kembali.

Menanggapi kemauan wong-wong kafir ini, Allah AWT - lantas - menjawab, " ... Qul kuunuu hijaaratan aw hadiidaan. Aw khalqan mimmaa yakburu fii shuduurikum...". Kalau begitu, kalian jadi batu saja, atau jadi besi, atau menjadi benda-benda besar seperti gunung, bumi, langit dan lain-lain, maka Kami tidak akan membangkitkan kembali".

Seolah Tuhan hendak berkata begini: "Enak saja, kalian hidup di dunia Kami lengkapi akal sehat, ada nafsu seksual, nafsu makan, nafsu berkuasa, lalu kalian mengumbar semua nafsu sepuas-puasnya tanpa mau mempertanggungjawabkan".

Meskipun sudah ditohok demikian, apakah mereka lantas sadar dan mau beriman? Tidak. Mereka menggelengkan kepala pertanda tidak mau menjadi batu atau besi, juga tidak mau beriman, malah senyum-senyum menanyakan, "Hai Muhammad, ngomong-ngmong, kapan sih hari kebangkitan itu tiba?. (wayaquuluuna mataa huw).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO