Oleh: Dr. KH A Musta'in Syafi'ie M.Ag
42. qul law kaana ma’ahu aalihatun kamaa yaquuluuna idzan laibtaghaw ilaa dzii al’arsyi sabiilaan
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Katakanlah (Muhammad), “Jika ada tuhan-tuhan di samping-Nya, sebagai-mana yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Tuhan yang mempunyai ’Arsy.”
43. subhaanahu wata’aalaa ‘ammaa yaquuluuna ‘uluwwan kabiiraan
Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka katakan, luhur dan agung (tidak ada bandingannya).
TAFSIR AKTUAL:
Ayat sebelumnya bertutur tentang Tuhan Allah SWT dan segala sesuatu yang dihubungkan dengan-Nya. Penjelasan diungkap dengan gaya jidal, gaya dialog, gaya debat versi al-Qur'an, yang oleh para ulama ulum al-qur'an tidak sama dengan model jidal yang dipakai oleh ilmuwan ilmu al-Mantiq atau logika sains. Mereka biasa menggunakan premis (qadiyah) dan konklusi (natijah), baik premis mayor (qadiyah kubra) maupun minor (qadiyah shugra). Juga tidak sama dengan gaya filsuf kuno yang hobi menggunakan femenologi.