Keracunan Air Ketuban, Berat Badan Balita di Jatikumpul Mojokerto Terus Menurun

Keracunan Air Ketuban, Berat Badan Balita di Jatikumpul Mojokerto Terus Menurun Fajar bersama neneknya. foto: SOFFAN/BANGSAONLINE

MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Sungguh memprihatinkan kondisi yang dialami Ahmad Fajar, putra pasangan Rifai dan Yunita, warga Dusun Jatikumpul, Desa Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi, . Balita ini didiaknosa tim medis keracunan air ketuban saat di dalam kandungan. Di usianya yang menginjak 4 tahun ini, berat badanya hanya sekitar 5,5 kilogram dan kondisi tubuhnya sangat kurus.

Dari keterangan Asmiatun neneknya, Fajar dilahirkan di RSU dr Soetomo Surabaya. Tim dokter yang menangani saat itu dibuat gelisah lantaran selama 19 hari Fajar tidak bisa menangis. Bahkan sempat tidak bernafas selama 5 menit ketika lahir ke dunia.

“Melihat kondisi tersebut, dokter kemudian memberikan pertolongan hingga Fajar mampu untuk bernapas,” katanya.

Setelah kondisinya mulai normal dan sudah bisa menangis, Fajar kemudian diperkenankan pulang. Awalnya, berat badan Fajar normal sekitar 9 kilogram.

Namun masa ini tidak berlangsung lama, gejala penurunan berat badan mulai terlihat. Bahkan belakangan tubuhnya mulai terlihat kurus dan hanya perutnya yang membesar. Ironisnya lagi, tubuh balita ini menjadi kaku dan sulit untuk digerakan. “Ketika lahir kondisinya normal, tangan dan kakinya masih bisa ditekuk namun sekarang menjadi kaku,” terangnya.

Asmiatun mengatakan, kondisi cucunya yang semakin menyedihkan itu diakibatkan karena keracunan air ketuban saat masih berada di rahim ibunya. Informasi itu ia peroleh dari keterangan dokter RSU Dr Soetomo berdasar diagnosa medis. “Kata dokter, Fajar sudah terlanjur keracunan air ketuban yang berwana keruh,” tambahnya.

Keracunan air ketuban itu rupanya membawa dampak serius dan mengganggu perkembangan syaraf-syaraf organ tubuh Fajar. Gangguan syaraf itulah yang kini menyerang tangan dan kakinya hingga tak bisa digerakkan.

Ibunya rutin kontrol ke dr. Soetomo untuk memeriksakan kondisi Fajar yang keracunan air ketuban, sebelum akhirnya dia (ibu Fajar) meninggal dunia pada 2016 akibat infeksi paru-paru.

Derita Fajar kian bertambah dan kondisinya semakin memburuk dan memprihatinkan. Sementara itu ayahnya memilih tidak tinggal serumah dengan Fajar. 

Beruntung kini Fajar sudah mendapat penanganan tim medis dari RSUD RA Basuki Gedeg. (sof/ian) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Pandemi, Ketua TP PKK Kabupaten Mojokerto Ajak Anggotanya Peduli Sesama':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO