Rp 1.1 Miliar untuk Belanja PJU Bekas, DLH Kota Mojokerto Klaim Hemat Anggaran Rp 1.2 Miliar

Rp 1.1 Miliar untuk Belanja PJU Bekas, DLH Kota Mojokerto Klaim Hemat Anggaran Rp 1.2 Miliar  PJU bekas yang dipasang di jalan raya Kedungsari. foto: YUDI EP/ BANGSAONLINE

MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Tiang Penerangan Jalan Umum (PJU) bekas ternyata tak hanya digunakan untuk jalan raya Kedungsari dan Kelurahan Meri saja. Untuk proyek tahun 2018, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mojokerto ternyata juga menggunakannya untuk jembatan Rejoto dan jalan raya Blooto tembus Ketidur dan Suromulang Selatan. Angkanya tak main-main, Rp 667.873.791 berdasar Harga Perkiraan Sendiri (HPS) pemenang tender yakni PT Topida.

Jauh di atas paket proyek yang sama untuk jalan raya Kedungsari dan Meri, yakni sebesar Rp Rp 507.797.184. Padahal dalam proyek penerangan jalan kawasan barat DLH mematok anggaran lelang atau pagu sebesar Rp 917.898.791.

Penggunaan besi bekas dalam proyek ini kini dipersoalkan dewan setempat.

"Penggunaan besi bekas dalam proyek ini akan menjadi atensi DPRD, dan segera kami tindak lanjuti. Akan kami gelar pembahasan tingkat internal untuk memastikan kebenaran penggunaan besi bekas tiang PJU jalan Gajahmada atau tidak. Dan untuk ini akan kami gelar sidak untuk memastikan kondisi di lapangan," tegas Sekretaris Komisi II DPRD Kota Mojokerto, Edwin Endra Praja, Rabu (14/11).

Politikus partai Gerindra ini mengungkapkan kekecewaannya atas penggunaan besi bekas dalam proyek tersebut. "Mengapa menggunakan barang bekas? Anggaran kita ada kok. Kalau dibilang untuk efisiensi, harusnya anggarannya harus berkurang. Efisiensi itu tidak harus memanfaatkan barang bekas. Lah ini anggaran tetap, tapi dapatnya barang bekas," sesalnya.

Menurut ia, berbicara soal penghematan bisa dengan menurunkan spek. "Misalnya kekuatan anggaran terbatas tidak harus belanja spek kualitas tertinggi, namun bisa menggunakan di bawahnya. Itu juga termasuk efisiensi anggaran. Bukan dengan menggunakan besi bekas, iyalah. Apalagi kita tidak tahu kualitas apalagi kuantitas barang bekas," tandasnya.

Edwin mengatakan penggunaan proyek tersebut rawan permainan. "Jelas proyek ini rawan permainan. Karena dari sisi transparansi berapa jumlah tiang bekas yang digunakan tidak dipublikasikan," terangnya.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO