Terbakar Api Cemburu, Guru SMAN di Lumajang Tega Aniaya Siswinya

Terbakar Api Cemburu, Guru SMAN di Lumajang Tega Aniaya Siswinya Korban (tengah) saat dirawat di Puskesmas Pronojiwo.

LUMAJANG, BANGSAONLINE.com - Dunia pendidikan di Kabupaten Lumajang kembali tercoreng. Pasalnya, seorang Guru Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Pronojiwo, tega menganiaya seorang siswi kelas IX saat mengikuti ujian. Akibatnya, ia mengalami luka lebam dan memar di bagian wajah dan kepala.

TR (16) warga Dusun Jago Kereng RT 11/RW 03 Desa Taman Ayu, Kecamatan Pronojiwo harus menahan sakit yang amat dalam. Selain luka lebam dan memar akibat penganiayaan, TR juga mengalami trauma prikologis. Pasalnya, TC dituduh melakukan komunikasi melalui aplikasi chat whatsapp dengan suami pelaku.

Rini (48) Guru sejarah SMAN 1 Pronojiwo yang merupakan satu dusun dengan korban, tega menganiaya TR dengan alasan tak masuk akal. Pasalnya, pelaku dimakan api cemburu lantaran mendapati smartphone milik TR yang disinyalir berisi chatting korban dengan suami pelaku.

Dibantu DE (16) yang tak lain anak pelaku, Rini memukul dan membenturkan kepala TR berkali-kali hingga korban mengalami luka di bagian kepala dan wajah cukup serius.

Kejadian tersebut berawal saat pelaksanaan ujian pada Senin (28/05) pagi kemarin, para siswa mengumpulkan smartphone. Sebagai guru pengawas, Rini memeriksa smartphone milik semua siswa, termasuk milik korban.

Rini diduga mendapati deretan chat korban dengan Heru yang merupakan suami pelaku. Usai mengikuti ujian, korban diajak pelaku DE bersama temannya ke ruang perpustakaan SMAN 1 setempat. Kemudian, Rini bersama anaknya memukul korban hingga tak sadarkan diri.

TR mengatakan, pihaknya mendapat tindakan kekerasan yang dilakukan dua orang pelaku yang tak lain ibu dan anak. "Tanpa bertaya saya ditampar berulang kali dan dibenturkan kepala ke tembok," katanya.

TR menambahkan, selain mendapat kekerasan, ia juga mendapat intimidasi dari Rini sehingga korban tidak berani berteriak saat aksi pemukulan terjadi di ruang perpustakaan sekolah.

"Saya diancam akan dibunuh jika berteriak. Saya milih diam meski menerima pukulan. Saat kejadian semua dewan guru sedang menjaga ujian sehingga tidak ada orang, kemudian saya diantar pulang. Namun sampai di rumah saya masih mendapat beberapa tamparan lagi," terang TR.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO