Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie M.Ag. . .
Wa-aataynaa muusaa alkitaaba waja’alnaahu hudan libanii israa-iila allaa tattakhidzuu min duunii wakiilaan (2).
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
- Nabi-Nabi Sebelum Nabi Muhammad juga Dihina dan Disakiti
Dzurriyyata man hamalnaa ma’a nuuhin innahu kaana ‘abdan syakuuraan (3).
Minggu-minggu lalu presiden kita mantu dan menyelenggarakan pesta mewah bersambung hingga beberapa hari di Solo Jawa Tengah dan di besannya, Medan Sumatera. Sangat spektakuler, sangat mewah, dan sangat mahal.
Sementara gizi buruk melanda anak-anak negeri ini cukup tinggi dan negara kita termasuk negara dengan gizi buruk terbanyak di dunia. Andai bukan Jokowi yang berbuat foya macam itu, pasti habis-habis dikecam.
Ya, karena presiden sendiri dulu pernah melarang rapat di hotel-hotel, bermewah-mewahan, menghambur-hamburkan uang, dan sebangsanya. Alasan yang dikemukakan di televisi, bahwa orang "keadaan" menghendaki begitu dan dia tidak bisa mengelak itu sah dan hak personaliti. Tapi tidak semua rakyat legowo dengan itu, bahkan tidak sedikit yang hanya mencep. Meski tanpa kata, tapi "mencep" itu tajam makna. Mudah-mudahan Jokowi mengerti arti mencepnya sang rakyat kecil.