Konstribusi Tol Jomo Capai Rp 12 M per Bulan

Konstribusi Tol Jomo Capai Rp 12 M per Bulan Deputi Kepala Manajemen Pendapatan Toll Jomo, Achmad Rifan mengungkapkan potensi Tol Jomo pasca tersambungnya ruas Tol Jomo-Surabaya. Foto: Yudi Eko P/BANGSAONLINE

MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Pemegang konsensus jalan (Jomo) meraup pendapatan hingga Rp 12 miliar per bulan. Konstribusi PT Astra Infra Toll Road Jombang-Mojokerto yang berubah nama dari PT Marga Harjaya Infrastruktur (MHI) ini diperoleh dari kenaikan pengguna jalan tol pasca terintegrasinya ruas tol Jomo-Surabaya per 21 Desember 2017.

Deputi Kepala Manajemen Pendapatan Toll Jomo, Achmad Rifan mengungkapkan pengguna jalan tol Jomo terus naik pasca tersambungnya tol Mojokerto-Surabaya. 

"Pengguna jalan tol Jomo pada Januari lalu mencapai 10.400 kendaraan dari semua golongan. Sedang pada Februari ini mencapai 10.600 kendaraan," papar Achmad Rifan dalam media gathering bersama sejumlah awak media, Rabu (28/2) kemarin.

Achmad Rifan menjelaskan pendapatan PT Astra Infra Toll sebagian besar diperoleh dari kendaraan Golongan 1 yang mendominasi ruas baru ini. Ia menyatakan, pengguna tol kendaraan golongan I mencapai 91 persen.

Meski demikian, pendapatan perusahaan yang juga membawahi brand mobil asal negeri Sakura ini sebenarnya tak memenuhi ambisi perusahaan. "Targetnya secara bisnis harusnya 24.000 kendaraan per hari. Tapi kalau target kita sih 12.000 per hari," cetus ia.

Rifan memaparkan jumlah pengguna tol ini terus mengalami peningkatan. Sebelumnya, pihaknya hanya mendata 6000-7000 pengguna tol sebelum tersambungnya ruas tol Mojokerto-Surabaya. "Pada Desember lalu jumlah pengguna tol berkisar 6000-7000 kendaraan saja. Memang seolah-olah makin ramai," tambahnya.

Sementara itu, disinggung soal usulan Gubernur Jatim Soekarwo terkait penurunan tarif tol Jomo-Surabaya yang dinilai terlalu mahal Kepala Divisi Operasional Tol Mojokerto-Kertosono PT MHI, Yanuar Firmanto dan Rifan, mengungkapkan itu sangat mungkin.

"Soal penentuan tarif itu tergantung sepenuhnya pada menteri PUPR. Sebab, besaran tarif tol ini ditentukan pemerintah. Kita hanya operator. Kalau Gubernur mengusulkan (penurunan tarif) ya monggo saja," katanya.

Ia mengatakan, nantinya ada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam penyesuaian tarif. "Semuanya mungkin, kalaupun tarif diturunkan Astra tidak rugi. Karena semua dihitung. Kontrak kita 45 tahun. Kemungkinan akan tambah panjang," kata Yanuar Firmanto.

Pihak Astra Infra Toll juga menjanjikan fasilitas PJU tol. "BPJT merekomendasikan tiap 5 km dikasih lampu penerangan jalan. Tentu rekomendasi ini akan kita penuhi," pungkasnya. (yep/ian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO