Dari Temanggung, Bambu Runcing Juga Diasmak di Blitar

Dari Temanggung, Bambu Runcing Juga Diasmak di Blitar Salah satu keturunan KH Manshur menunjukkan kolam yang dahulu digunakan sebagai tempat merendam bambu runcing.

BLITAR, BANGSAONLINE.com - Peringatan hari pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November itu tidak terlepas dari pertempuran hebat yang terjadi di Surabaya pada tahun 1945 lalu. Saat itu pasukan Indonesia melawan pasukan sekutu menggunakan bambu runcing. 

Namun tidak banyak diketahui ternyata bambu runcing yang digunakan dalam pertempuran itu sebelumnya pernah diasmak atau disepuh di Desa Kalipucung, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar, oleh seorang tokoh agama bernama KH. Manshur.

"Bambu runcing itu pertama kali dibawa dari Paraan, Temanggung, Jawa Tengah dari Kiai Subchi. Setelah pulang dari Paraan, tiba-tiba di rumah sini ada pertanda sebuah benda putih yang turun di atas rumah atau orang Jawa sering menyebutnya Pulung. Baru setelah itu banyak santri dan anggota Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang membawa bambu runcingnya ke sini sebelum perang ke Surabaya," ungkap Kiai Hashim putra KH Manshur, Kamis (9/11).

Kiai Hashim yang saat ini sudah berusia 78 tahun itu menceritakan, jika bambu runcing itu direndam di sebuah kolam. Kemudian pemilik bambu runcing digembleng dengan puasa putih dan puasa pati geni. Kemudian dimandikan di sebuah kolam yang terletak di belakang rumah KH Manshur.

"Setelah itu baru mereka berangkat ke Surabaya membawa bambu runcing untuk melawan penjajah," ungkap Kiai Hashim.

Tak hanya santri dan TKR, bahkan Bung Tomo pernah datang ke kediaman KH Manshur untuk meminta doa. (blt1/tri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO