Menebak Perilaku Balita Suku Madura melalui “Re Sere Penang”

Menebak Perilaku Balita Suku Madura melalui “Re Sere Penang” Uba rampe untuk keperluan Re Sere Penang

BANGKALAN, BANGSAONLINE.com – “Re Sere Penang” adalah ‘meramal’ tingkah laku ketika masih balita, dengan media buah pinang dan sirih. Inilah salah satu budaya Madura yang masih bertahan di Desa Lajing, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan.

Re Sere Penang merupakan buah pinang yang digunakan sebagian simbol tingkah laku oleh masyarakat Madura. Usia dini merupakan masa yang paling rawan sekaligus masa yang paling menentukan bagi pembentukan jiwa dan kepribadian.

Maka dari itu penanaman nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat terutama yang berkaitan dengan adab sopan-santun, budi pekerti, norma-norma serta tata krama diperkenalkan sejak usia dini. Penanaman nilai-nilai tersebut dimisalkan dalam arti contoh nyata serta suri tauladan oleh generasi tua. Proses tersebut membutuhkan tahapan yang cukup lama dan perlahan agar bisa dimengerti oleh anak-anak.

Masyarakat Madura memiliki kebiasaan tersendiri untuk menanamkan norma – norma pada sikap setiap keturunannya. Cara berbicara pun memiliki tingkatan yaitu :

1. Engghi – Bunten merupakan tata krama berbicara yang paling halus atau paling sopan. Penggunaan bahasa ini biasanya dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua umurnya. Contoh: Ka’dinto bhantal sareng sapo’na, aghem ma’le sae asaren.

2. Engghi – Enten merupakan bahasa yang campur antara halus dan kasar. Biasanya dilakukan kepada orang yang baru kenal. Contoh: Arman abekalan sareng sapah lek?

3. Enje’ – Iye merupakan bahasa yang kasar biasaya digunakan sesama teman atau seumuran. Bisa juga dilakukan kepada dari yang umurnya tua kepada anak yang lebih muda. Contoh: Iyak nasek ben jukok’eng se e kakanah.

Tingkah laku masyarakat Madura diandaikan dengan “Buah Pinang” yang tersirat dengan sebuah kalimat yaitu “Re Sere Penang atau Penanggah Penang Jambe” yang memiliki arti sirih-sirih pinang atau pinang pinangnya jambe.

Daun–daun sirih dan pinang merupakan simbol sejoli yang tidak bisa dipisahkan. Karena keduanya dianggap sebagai manusia dan tingkah laku manusia. Sama seperti lirik yang konon masih dijadikan patokan sebagai kidung Madura atau ngijung, dengan kata lain, semacam mantera atau doa, yaitu :

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO